Habanusantara.net, Dalam upaya menekan angka stunting yang terus berkembang di Kota Banda Aceh, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Banda Aceh mengadakan Lokakarya Mini (Lokmin) di 9 Kecamatan di wilayah tersebut.
Kepala DP3AP2KB, Cut Azharida, SH, melalui Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Intan Indriani, SKM, menjelaskan bahwa Lokmin bertujuan sebagai langkah sosialisasi kepada para pemangku jabatan di tingkat kecamatan.
Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa semua lintas sektor yang memiliki tanggung jawab terhadap pencegahan dan penurunan stunting memiliki pemahaman dan kesepakatan yang sama dalam mempercepat penurunan stunting di tiap gampong.
“Kami percaya bahwa upaya serius dan kolaborasi lintas sektor yang melibatkan semua tahap, dari hulu hingga hilir, dapat menjadi kunci sukses dalam menangani stunting,” katanya.
Lokmin membahas program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dengan memfokuskan pada pemahaman tentang 8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Pernikahan, dan dampak dari pernikahan usia muda, di antara berbagai topik lainnya.
Intan Indriani menjelaskan bahwa melalui Lokmin, mereka dapat mengintervensi dan menyusun prioritas kegiatan di desa-desa yang akan dilaksanakan ke depannya. Ini akan membantu mereka dalam merancang tindakan yang lebih baik dalam upaya mencapai tujuan pencegahan stunting.
Selanjutnya, Cut Azharida menekankan bahwa penurunan stunting memerlukan dukungan semua sektor dan program, termasuk pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik, dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
“Dukungan ini penting untuk memastikan bahwa remaja putri sebelum hamil mendapatkan zat besi dan gizi yang cukup,” ujarnya.
Selain itu, upaya intervensi juga melibatkan pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, serta pemantauan perkembangan janin dengan pemeriksaan minimal 6 kali selama 9 bulan kehamilan.
“Pencegahan stunting dimulai dari 1000 hari pertama kelahiran, jadi, ibu hamil harus benar-benar sehat, agar bayi juga sehat,” tambahnya.
Intervensi terakhir adalah pemberian makanan tambahan protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Angka stunting meningkat signifikan pada usia ini, akibat kurangnya protein hewani dalam MP-ASI yang diberikan mulai usia 6 bulan.
“Kami terus memantau program-program seperti Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) dan Rumah Gizi Gampong (RGG), yang bertujuan memberikan makanan sehat untuk anak-anak,” pungkasnya.
Upaya kolaboratif ini menjadi langkah kunci dalam menghadapi tantangan stunting, yang merupakan tanggung jawab bersama bagi berbagai sektor di Kota Banda Aceh.[Adv]