ADVERTORIAL

Program Dai Perbatasan, Ujung Tombak Pembinaan Keagamaan di Aceh

×

Program Dai Perbatasan, Ujung Tombak Pembinaan Keagamaan di Aceh

Sebarkan artikel ini
Zahrol Fajri, S.Ag., MH, Kadis Syariat Islam Aceh
Zahrol Fajri, S.Ag., MH, Kadis Syariat Islam Aceh

Habanusantara.net, Dai Perbatasan yang digagas oleh Dinas Syariat Islam (DSI) Aceh telah menjadi ujung tombak dalam pembinaan keagamaan di daerah perbatasan Aceh.

Program yang sudah berlangsung sejak tahun 2002 ini, telah berjalan selama 22 tahun, dan terus menunjukkan eksistensinya sebagai benteng aqidah umat Islam di wilayah perbatasan dengan Sumatera Utara.


Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, Zahrol Fajri, menegaskan pentingnya keberlanjutan dan penguatan Program Dai Perbatasan ini. “Program ini sudah berlangsung sejak 2002, jadi sudah 22 tahun berjalan,” ujar Zahrol Fajri.

“Harapan kita, Program Dai Perbatasan ini tetap harus kita pertahankan karena mereka adalah ujung tombak sebagai benteng menjaga aqidah umat Islam yang ada di perbatasan dengan Sumatera Utara,” ujar Zahrol

Program ini mencakup lima kabupaten/kota, empat di antaranya berbatasan langsung dengan Sumatera Utara dan satu di daerah terpencil di pedalaman Aceh Selatan.


Wilayah-wilayah perbatasan ini lebih didominasi oleh penduduk non-Muslim, sehingga keberadaan para dai sangat vital dalam menjaga dan membina keislaman masyarakat setempat.

Zahrol Fajri menekankan bahwa para dai harus bekerja maksimal di kecamatan dan desa penugasan mereka.

“Mereka terus kita minta untuk bekerja lebih maksimal di daerah kecamatan dan desa atau kampung penugasan, sehingga diharapkan mereka bisa mengisi hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat terkait dengan keagamaan,” jelasnya


Para dai ini tidak hanya berperan sebagai imam salat rawatib dan salat Jumat, tetapi juga sebagai khatib, pendakwah, dan pengajar. Mereka memberikan pendidikan dan pengajaran keislaman (ta’lim wa ta’lum) kepada masyarakat setempat.

Selain itu, mereka juga berperan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan keagamaan seperti fardu kifayah ketika terjadi musibah, dan memfasilitasi proses pernikahan serta membantu saudara-saudara yang baru memeluk Islam (mualaf).


Keberadaan para dai di daerah perbatasan sangat diharapkan oleh masyarakat setempat. Mereka bukan hanya mengisi kekosongan dalam urusan keagamaan, tetapi juga menjadi jembatan dalam membangun kohesi sosial dan menjaga harmoni antarumat beragama.

“Keberadaan mereka itu sangat diharapkan di daerah perbatasan,” tegas Zahrol Fajri.


Dalam menjalankan tugasnya, para dai juga diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan yang ada di lapangan. Mereka harus mampu beradaptasi dengan kondisi sosial dan budaya setempat, serta menjalin hubungan yang baik dengan berbagai pihak.

“Dai perbatasan ini juga harus mampu menyelesaikan setiap ada musibah fardu kifayah, memfasilitasi pernikahan, dan membantu saudara-saudara kita yang masuk Islam menjadi mualaf,” tambah Zahrol Fajri.


Program Dai Perbatasan ini juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah Aceh.

Berbagai upaya dilakukan untuk memastikan para dai dapat menjalankan tugas mereka dengan baik, termasuk penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan.

“Kita terus eksistensi program pembinaan terhadap mereka, memastikan mereka dapat bekerja dengan baik di lapangan,” kata Zahrol Fajri.

Selain itu, pemerintah Aceh juga memberikan perhatian khusus terhadap kesejahteraan para dai. Mereka diberikan insentif dan dukungan finansial untuk membantu mereka dalam menjalankan tugas.

“Kita juga berupaya untuk memberikan dukungan finansial dan insentif kepada para dai, agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan lebih baik dan maksimal,” jelasnya.

Dengan program yang telah berjalan selama 22 tahun ini, Dinas Syariat Islam Aceh terus berkomitmen untuk mempertahankan dan mengembangkan Program Dai Perbatasan.

Harapannya, program ini tidak hanya dapat terus berjalan, tetapi juga semakin kuat dan memberikan dampak yang lebih besar bagi pembinaan keagamaan di wilayah perbatasan Aceh.

Zahrol Fajri juga mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk mendukung program ini.

“Kita semua memiliki peran penting dalam mendukung Program Dai Perbatasan. Dukungan dari masyarakat sangat diperlukan agar program ini dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat yang besar bagi umat Islam di wilayah perbatasan,” ujarnya.

Dengan sinergi antara pemerintah, para dai, dan masyarakat, Program Dai Perbatasan diharapkan dapat terus menjadi benteng yang kokoh dalam menjaga aqidah dan membina keislaman umat di wilayah perbatasan Aceh.
Keberhasilan program ini akan menjadi cerminan dari komitmen bersama dalam membangun masyarakat yang religius, harmonis, dan sejahtera.

Melalui Program Dai Perbatasan, Aceh menunjukkan dedikasi yang kuat dalam menjaga nilai-nilai keislaman dan memperkuat ikatan sosial di wilayah yang penuh tantangan ini.

“Program ini adalah wujud nyata dari komitmen kita dalam menjaga dan membina keislaman di wilayah perbatasan.Semoga program ini dapat terus berjalan dan memberikan manfaat yang besar bagi kita semua,” tutup Zahrol Fajri.[**]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close