Habanusantara.net – Siapa sangka dari sebuah workshop kecil di sudut Banda Aceh, lahir karya-karya fashion yang kini tampil elegan di Paris, Dubai, hingga Amerika. Di balik karya yang mewah dan megah di tanoh Rencong, sosok anak muda Banda Aceh Khairul Fajri Yahya menamai brand nya Ija Kroeng. Brand ini mampu membuktikan bahwa produk lokal dengan sentuhan budaya bisa bersaing di level global.
Lewat semangat inovasi tanpa batas, Ija Kroeng hadir bukan hanya sebagai brand fashion, tapi sebagai gerakan sosial dan simbol kebangkitan ekonomi kreatif Aceh.
Ija Kroeng merupakan kombinasi antara warisan budaya, inovasi desain, dan gerakan sosial. Bagi Khairul, dunia usaha kreatif bukan sekadar soal omset dan penjualan, tapi soal bagaimana sebuah brand bisa punya dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakatnya.
“Supaya dikenal kita harus upgrade skill dan sering berkompetisi di tingkat nasional, fashion show itu untuk menjaga eksistensi. Kemudian kita juga menjaga brand awareness dengan mentransfer ilmu, membuka lapangan kerja,” kata Fajri, Jumat (18/7/2025).
Dengan semangat berbagi, Fajri membuka peluang magang bagi siswa SMK, mahasiswa, hingga alumni BLK. Ia juga rutin menerima kunjungan dari institusi pendidikan untuk belajar langsung soal branding, produksi, hingga filosofi desain.
“Orang datang beli produk kita karena mereka tahu ada nilai lebih di baliknya. Ada proses edukasi, ada regenerasi. Itu yang bikin Ija Kroeng berbeda,” ujarnya.
Karya Ija Kroeng tak hanya dipakai warga lokal. Brand ini telah menjelajah panggung internasional. Beberapa prestasi membanggakan antara lain keikutsertaan Ija Kroeng dalam Paris Front Row, tampil di Paviliun Indonesia di Expo Dubai, hingga partisipasi di Kuala Lumpur Fashion Event.
Di dalam negeri, Ija Kroeng rutin tampil di Indonesia Muslim Fashion Festival (Muffest), IN2MOTIONFEST, serta pernah hadir di Batam Jazz Festival. Bahkan, Fajri juga pernah dinobatkan sebagai Marketer of The Year untuk kategori pelaku usaha kreatif Banda Aceh.
Meski demikian, Fajri menegaskan bahwa Ija Kroeng tidak pernah bergantung pada bantuan. “Kita bukan UMKM yang manja. Kita tidak minta mesin, tidak minta dana. Yang kami butuh itu ruang. Kalau ada workshop, pelatihan, slot pameran itu yang penting untuk kami berkembang,” tegasnya.
Bagi Fajri, kekuatan terbesar Ija Kroeng adalah branding. Dengan brand yang kuat dan konsisten, Ija Kroeng dikenal bahkan sebelum orang mengenal siapa pemiliknya.
“Kita bisa dikenal orang penting karena karya kita, bukan karena latar belakang kita. Bahkan orang bisa cari kita untuk kerja sama, kolaborasi, karena mereka percaya dengan brand kita,” ujarnya.
Fajri mengaku banyak terkejut ketika tokoh-tokoh nasional atau pelaku industri besar datang kepadanya. “Itu semua efek dari the power of brand. Kita bisa masuk ke ruang-ruang yang nggak bisa ditembus dengan materi. Tapi bisa tembus dengan karya,” ujarnya bangga.
Fajri menjelaskan bahwa inovasinya terletak pada mengedit ulang budaya sesuatu yang telah eksis. Ia mengambil sarung tradisional yang mungkin dianggap kuno, lalu menyuntikkan sentuhan desain modern, bahan unik, dan fungsi yang luas.
“Sarung itu semua orang tahu. Tapi kita kasih nilai tambah. Kita ubah dari yang biasa jadi luar biasa,” jelasnya.
Efeknya bukan hanya ekonomi. Ada efek edukatif, sosial, dan bahkan simbolik. “Anak-anak SMK, mahasiswa, itu belajar langsung dari kita. Mereka jadi desainer muda, kita bantu jadi champion baru,” kata Fajri.
Ija Kroeng tidak memproduksi dalam jumlah massal. Dalam satu tahun, mereka memproduksi sekitar 1.000 pcs sarung, 300 pcs celana sarung per tahun dengan model dan motif yang terbatas.
Menurutnya, momentum penjualan lokal meningkat saat Ramadhan dan Idul Fitri, namun di luar itu, pasar Ija Kroeng justru lebih aktif di luar Aceh bahkan luar negeri. Kini, produk Ija Kroeng sudah dikirim ke Belanda, Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Denmark, dan Afrika Barat. Harga Ija Kroeng sendiri bervariatif mulai dari harga Rp300 ribu hingga Rp.1,5 juta untuk jenis wastra.
“Ija Kroeng juga dapat dipesan melalui e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Instagram, Facebook, website resmi, hingga WhatsApp bisnis,” tuturnya.[***]




















