Ekraf

Dina Sang Owner Aceh Dekor, Kreativitas Muda yang Menyulap Hobi Jadi Industri Kreatif

×

Dina Sang Owner Aceh Dekor, Kreativitas Muda yang Menyulap Hobi Jadi Industri Kreatif

Sebarkan artikel ini

Habanusantara.net – Usia muda bukanlah penghalang untuk membangun usaha yang mapan. Kreativitas bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal-hal kecil yang sering dianggap sepele. Hal itu dibuktikan oleh Dina Alfathanisah, perempuan berusia 25 tahun, pemilik Aceh Dekor. Dalam enam tahun terakhir, ia berhasil mengembangkan usaha dekorasi dari bisnis kecil-kecilan hingga menjadi salah satu penyedia jasa dekorasi yang dikenal di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Kisah Dina bermula di tahun 2019, ketika ia masih berstatus mahasiswi. Saat itu, ia hanya ingin mencari kesibukan sembari kuliah. Ide membuka usaha dekorasi datang dari pengalaman sederhana. Dari kebiasaan menghias ulang tahun sang adik, Dina menjadikan hobi tersebut sebagai pintu masuk untuk membangun usaha di bidang dekorasi sang adik yang gemar merayakan ulang tahun.

“Adik saya kalau datang ke Banda Aceh selalu minta ulang tahun dihias dengan balon-balon. Lama-lama tetangga melihat dan tertarik juga. Dari situlah mulai berkembang,” kenangnya.

Dengan modal keterampilan sederhana, Dina menawarkan jasa dekorasi ulang tahun. Harga awalnya pun sangat terjangkau, hanya Rp250.000 untuk menghias meja dan beberapa properti kecil. Tak disangka, meski sederhana, banyak yang suka.

“Alhamdulillah, ternyata banyak peminat. Dari situ saya coba kembangkan,” katanya.

Seiring waktu, Dina mulai serius memasarkan jasanya. Ia memanfaatkan Instagram untuk memperluas jangkauan pelanggan, sembari tetap mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Pada awalnya, orderan tidak banyak, hanya dua hingga tiga pesanan dalam sebulan. Namun berkat konsistensi dan kualitas layanan, jumlah pesanan terus meningkat. Kini, rata-rata ada sepuluh hingga tiga belas orderan per bulan.

Jenis layanan Aceh Dekor pun semakin berkembang. Tidak hanya ulang tahun, kini meliputi acara pertunangan, akikah, pesta, bahkan mulai merambah ke dekorasi pernikahan. Konsep yang ditawarkan fleksibel, bisa modern, tradisional, maupun kombinasi keduanya, sesuai permintaan klien.

“Kalau diminta konsep modern kita siapkan, kalau konsep tradisional juga bisa. Jadi by request. Tapi yang paling banyak orderannya sekarang itu untuk acara pertunangan, akikah, dan pesta,” jelas Dina.

Dari usaha rumahan yang dikerjakan sendiri, kini Dina sudah memiliki tim tetap beranggotakan enam orang. Untuk proyek besar seperti pelaminan atau dekorasi gedung, ia juga bekerja sama dengan tenaga tambahan dari luar. Hal ini menunjukkan bagaimana Aceh Dekor telah tumbuh dari usaha kecil menjadi bisnis yang mampu membuka lapangan kerja.

Keunggulan Aceh Dekor, menurut Dina, terletak pada kualitas. Ia mengakui, pada awal merintis usaha, kualitas dekorasi masih sederhana. Namun kini, ia terus meningkatkan standar dengan menggunakan bunga premium dan perlengkapan yang mengikuti tren. “Sekarang insya Allah kita lebih mengutamakan kualitas. Bunga-bunga premium, barang yang bagus, supaya klien puas,” ujarnya.

Harga yang ditawarkan bervariasi. Untuk ulang tahun dimulai dari Rp850.000, pertunangan dan akikah mulai Rp1 juta, sedangkan pesta besar bisa mencapai Rp12 juta. Semua disesuaikan dengan skala acara dan kebutuhan klien.

Perjalanan enam tahun tentu tidak selalu mulus. Dina bercerita tentang bagaimana dulu ia kerap diremehkan. Mengandalkan sepeda motor untuk mengangkut perlengkapan dekorasi, ia sering mendapat cibiran.

“Awal-awal, kalau bawa barang banyak pakai motor, orang suka lihat-lihat. Kadang hujan, barang sampai basah. Itu perjuangan,” katanya.

Kini, kondisi jauh berbeda. Dina sudah memiliki kendaraan khusus untuk mengangkut perlengkapan, dan Aceh Dekor pun makin dikenal luas. Namun tantangan tetap ada, terutama persaingan dengan bisnis dekorasi baru yang menawarkan harga lebih murah. “Kalau sekarang tantangannya bersaing harga. Orang lebih pilih yang murah. Jadi kita harus pintar-pintar jaga kualitas dan pelayanan,” ujarnya.

Menumbuhkan Ekonomi Kreatif Lokal
Apa yang dilakukan Dina sejatinya adalah bagian dari tumbuhnya ekonomi kreatif di Aceh. Industri dekorasi masuk dalam subsektor desain interior dan event organizer, yang menjadi salah satu motor penggerak ekonomi kreatif nasional. Karya dekorasi bukan sekadar mempercantik ruangan, melainkan bentuk seni yang bernilai ekonomi.

Sektor ini memang tumbuh pesat, terutama karena semakin banyak anak muda yang berani mengubah ide sederhana menjadi bisnis nyata. Dalam hal ini, dekorasi bukan sekadar mempercantik ruangan, melainkan bagian dari industri kreatif yang memadukan seni, inovasi, dan peluang ekonomi.

Dekorasi acara kini tidak bisa dipandang sebelah mata. Permintaan pasar terus tumbuh, seiring meningkatnya tren pesta personal yang lebih intim namun tetap berkesan. Bisnis ini juga mendorong lahirnya lapangan kerja baru, mulai dari desainer, perangkai bunga, hingga penyedia perlengkapan acara. Dina menjadi contoh nyata bahwa kreativitas dapat bertransformasi menjadi sumber penghidupan.

Ke depan, Dina berencana memperluas layanan ke skala yang lebih besar, khususnya dekorasi pelaminan dan gedung. Permintaan sudah ada, tinggal kesiapan modal dan sumber daya yang perlu diperkuat. Ia juga berharap Aceh Dekor bisa menjadi usaha yang memberi manfaat lebih luas bagi masyarakat.

“Semoga usaha ini bisa terus berkembang, membuka lapangan pekerjaan, dan bisa membantu orang banyak,” ucapnya.[***]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
Songket motif Pha Changgeuk karya Mutiara Songket | foto: dok Mutiara Songket
Ekraf

Habanusantara.net – Tenun songket selama ini dikenal sebagai warisan budaya yang sarat makna, penuh simbol, dan bernilai tinggi. Namun bagi Ira Mutiara, Owner Mutiara Songket, tenun bukan hanya tradisi turun-temurun,…

Ekraf

Habanusantara.net – Di sebuah rumah sederhana di Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, disanalah seorang anak muda, Ira Mutiara, menenun benang demi benang dengan penuh kesabaran. Selama ini, di balik kelembutan…

Ekraf

Habanusantara.net – Wali Kota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Djamal, punya visi unik dalam membangun ekonomi daerah, yaitu menjadikan Banda Aceh sebagai “Kota Parfum”. Gagasan ini lahir dari potensi besar minyak…

close