Habanusantara.net, Di tengah meningkatnya kasus difteri di Provinsi Aceh, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh intensif melakukan upaya pencegahan melalui program imunisasi dan edukasi masyarakat.
Difteri, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae, telah menunjukkan peningkatan signifikan, mencapai 33 kasus hingga November 2023.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Munawar Sp.OG, menjelaskan bahwa difteri ditandai dengan peradangan pada berbagai bagian tubuh, terutama pada selaput mukosa tenggorokan, faring, dan hidung.
Penyakit ini dapat menyerang orang dari segala usia dan berpotensi mengancam jiwa, terutama anak-anak.
Tanda awal difteri melibatkan gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas, seperti batuk, nyeri tenggorok, demam ringan, dan adanya pseudomembrane berwarna putih atau keabuan di rongga mulut hingga tenggorokan.
Kasus difteri yang lebih berat dapat menunjukkan gejala kesulitan menelan, sesak napas, dan pembengkakan pada leher.
Dr. Iman Murahman, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Dinkes Aceh, menjelaskan bahwa difteri dapat dicegah melalui imunisasi. Meskipun upaya telah dilakukan dengan memberikan imunisasi ke sekolah-sekolah, masih terdapat sebagian masyarakat yang menolak imunisasi.
“Setiap tahun ada kasus difteri yang meninggal di Aceh, dan kenaikan kasusnya signifikan. Sekitar 10 persen dari jumlah kasus difteri di Aceh itu meninggal. Imunisasi adalah upaya pencegahan yang bisa dilakukan,” ujar dr. Iman Murahman MKM.
Saat ini, Dinkes Aceh fokus pada upaya edukasi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman terkait keamanan imunisasi.
Dr. Iman Murahman menegaskan bahwa penolakan terhadap imunisasi seringkali tidak beralasan, seperti kekhawatiran terhadap efek samping yang sebenarnya lumrah terjadi.
Dengan capaian imunisasi yang terendah di dunia, Dinkes Aceh mengajak orang tua untuk bersama-sama melindungi anak-anak mereka dari risiko difteri.
Upaya imunisasi dasar dan lanjutan terus ditingkatkan, dengan harapan dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini.
Selain itu, Dinkes Aceh juga terus melakukan deteksi dini dan penanganan serius terhadap pasien difteri, termasuk pemberian anti-difteri serum (ADS), antibiotik, dan konsultasi ke Dokter Spesialis Anak, THT, dan Jantung. Semua ini dilakukan untuk meminimalkan penyebaran penyakit dan meningkatkan tingkat keselamatan pasien.
Sebagai langkah preventif, Dinkes Aceh juga mengingatkan masyarakat untuk segera membawa anak yang menunjukkan gejala difteri ke dokter, dengan menggunakan masker sebagai tindakan pencegahan tambahan.
Penyakit difteri memang menakutkan, tetapi dengan kolaborasi dan kesadaran masyarakat, Dinkes Aceh berharap dapat mengendalikan penyebaran penyakit ini dan melindungi generasi mendatang.[Adv]