Ekraf

Anak Muda Banda Aceh Bangun Ekonomi Kreatif dari Ruang Seni Telaga Art Space

×

Anak Muda Banda Aceh Bangun Ekonomi Kreatif dari Ruang Seni Telaga Art Space

Sebarkan artikel ini

Habanusantara.net – Di tengah hiruk pikuk perkembangan ekonomi modern, sekelompok anak muda di Lambhuk, Banda Aceh, berupaya menjaga denyut kebudayaan melalui jalur berbeda. Mereka menamai tempat itu Telaga Art Space, sebuah ruang seni yang tidak hanya menampung kreativitas, tetapi juga menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif berbasis masyarakat.

“Telaga Art ini lahir dari keresahan kami setelah lulus kuliah. Kami ingin tetap hidup di dunia seni, tapi tidak lagi bergantung pada kampus. Jadi kami bentuk ruang independen, tempat seniman bisa berkarya dan masyarakat bisa belajar,” kata Mirja Irwansyah, salah satu pendiri Telaga Art Space, Senin (6/10/2025).

Nama Telaga dipilih bukan tanpa alasan. Di depan bangunan sederhana yang mereka tempati, terbentang sebuah aliran sungai mati peninggalan Sungai Krueng Aceh. “Suasananya seperti telaga, tenang tapi hidup,” ujar Mirja. Dari tempat itulah, lahir berbagai ide kreatif yang kini menjadi magnet baru bagi generasi muda Banda Aceh.

Telaga Art Space bergerak di bidang seni pertunjukan dan pameran, dengan beberapa program unggulan yang dijalankan secara rutin. Ada Telaga Temu, forum diskusi terbuka antara seniman dan masyarakat; Tadarus Seni, program ramadan yang menghadirkan dialog seni setelah tarawih; serta Monolog 1/3, pertunjukan teater tunggal yang menampilkan satu naskah dengan tiga konsep garapan berbeda.

Selain pertunjukan, Telaga juga membuka kelas akting untuk anak-anak dan remaja. “Awalnya kami batasi untuk usia remaja dan dewasa, tapi akhirnya kami terima juga anak-anak. Minimal mereka terpapar dulu dengan dunia seni. Siapa tahu nanti saat besar mereka punya kenangan dan lebih menghargai kesenian,” ujar Mirja.

Kelas akting tersebut berlangsung 12 kali pertemuan untuk satu angkatan, dengan peserta mulai dari usia 4 tahun hingga 25 tahun. Tujuannya bukan semata mencetak aktor profesional, tapi menanamkan habit seni sejak dini melatih kepekaan, empati, dan rasa percaya diri.

Telaga Art Space kini juga tengah mengembangkan gagasan untuk membawa seni kembali ke tengah masyarakat. “Kami sadar, selama ini seni kadang terasa eksklusif hanya ditampilkan di gedung-gedung. Padahal dulu, seni itu lahir dari masyarakat,” kata Mirja.

Ia mencontohkan masa lalu di Aceh, ketika seni seperti sedati dan sandiwara rakyat tumbuh dari aktivitas masyarakat di sawah dan pasar malam. Konflik dan bencana membuat tradisi itu hilang. “Sekarang, kami ingin menghidupkan kembali semangat itu. Seni tidak harus dipentaskan di panggung mahal, tapi bisa hadir di lingkungan warga,” ujarnya.

Konsep ini sejalan dengan misi besar pemerintah dalam mengembangkan ekonomi kreatif berbasis budaya. Melalui program seperti Telaga Temu dan akting, Telaga berupaya menjadikan seni sebagai ruang pemberdayaan.

Peran Telaga Art Space bukan hanya sebagai wadah ekspresi, tetapi juga motor penggerak ekonomi kreatif di level komunitas. Para pengurusnya melihat, setiap kegiatan seni memiliki potensi ekonomi dari produksi kostum, dekorasi, tata cahaya, hingga dokumentasi. “Kegiatan kami melibatkan banyak unsur kreatif. Jadi, kalau dilihat dari kacamata ekonomi, semuanya berputar di sana,” ujar Mirja.

Kegiatan seperti kelas akting, pementasan, hingga pameran seni, membuka peluang kerja bagi pengajar, desainer, penata artistik, fotografer, hingga pengrajin lokal. Bahkan, Telaga mulai mendorong keterlibatan warga sekitar Lambhuk agar ikut berkontribusi.

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
Songket motif Pha Changgeuk karya Mutiara Songket | foto: dok Mutiara Songket
Ekraf

Habanusantara.net – Tenun songket selama ini dikenal sebagai warisan budaya yang sarat makna, penuh simbol, dan bernilai tinggi. Namun bagi Ira Mutiara, Owner Mutiara Songket, tenun bukan hanya tradisi turun-temurun,…

Ekraf

Habanusantara.net – Di sebuah rumah sederhana di Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, disanalah seorang anak muda, Ira Mutiara, menenun benang demi benang dengan penuh kesabaran. Selama ini, di balik kelembutan…

Ekraf

Habanusantara.net – Wali Kota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Djamal, punya visi unik dalam membangun ekonomi daerah, yaitu menjadikan Banda Aceh sebagai “Kota Parfum”. Gagasan ini lahir dari potensi besar minyak…

close