DPRAHeadline

Ketua Komisi VII DPRA Ilmiza Sa’aduddin: Lulusan FISIP Harus Berani Kritis dan Solutif

×

Ketua Komisi VII DPRA Ilmiza Sa’aduddin: Lulusan FISIP Harus Berani Kritis dan Solutif

Sebarkan artikel ini
Ketua Komisi VII DPR Aceh H Ilmiza Sa'aduddin Djamal MBA
Ketua Komisi VII DPR Aceh H Ilmiza Sa'aduddin Djamal MBA

Haba Nusantara.net, Ketua Komisi VII DPRA, H Ilmiza Sa’aduddin Djamal, mengingatkan para lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Ar-Raniry untuk tidak berhenti pada gelar sarjana, tetapi juga harus terus berani berpikir kritis dan bertindak solutif dalam menghadapi tantangan zaman.

Hal itu disampaikan dalam orasinya pada acara yudisium, Ilmiza menegaskan bahwa para sarjana FISIP harus menjadi agen perubahan yang mampu menawarkan solusi nyata atas berbagai persoalan sosial dan pemerintahan yang kompleks di Aceh dan Indonesia pada umumnya.

“Sarjana FISIP telah dididik memahami dinamika sosial, menganalisis relasi kekuasaan, dan membaca arah kebijakan. Ilmu itu bukan untuk berhenti di skripsi, tapi untuk dihidupkan di masyarakat,” ujar Ilmiza, sambil mengingatkan bahwa revolusi teknologi, perubahan nilai, bahkan krisis iklim dan ekonomi menuntut generasi muda terus belajar dan berpikir solutif.

Dalam kesempatan itu, Ilmiza menyampaikan rasa bangganya terhadap UIN Ar-Raniry yang kini menjadi satu-satunya universitas di Aceh yang masuk dalam Program Prioritas Nasional dan telah resmi tercantum dalam RPJM Nasional 2025-2029.

“Ini merupakan cita-cita mulia menjadikan UIN sebagai World Class Islamic University (WCU),” ujarnya.

Menurutnya, yudisium adalah sebuah amanah dan tantangan besar bagi para lulusan untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan ke dalam kehidupan nyata.

Ilmiza memberikan tiga pesan untuk para sarjana baru.

Pertama, jangan pernah berhenti belajar. Dunia terus berubah dengan sangat cepat, terutama di era transformasi besar yang ditandai oleh teknologi disruptif seperti artificial intelligence, big data, dan robotik yang menggantikan banyak pekerjaan manusia.

Selain itu, perubahan sosial yang cepat, krisis global seperti pandemi dan perubahan iklim, serta era informasi yang penuh bias dan hoaks, menuntut kemampuan adaptasi dan pengembangan ilmu secara terus-menerus.

“Gelar sarjana adalah awal, bukan akhir,” tegas Ilmiza.

Kedua, lulusan FISIP harus berani berbeda dalam berpendapat dan tidak takut menjadi suara alternatif di tengah arus yang seragam. Berpikir kritis memang sering terasa tidak nyaman, tapi itu adalah syarat lahirnya perubahan.

Ilmiza mengingatkan, “Qulil haqqa walau kaana murran” — katakanlah kebenaran meski pahit. Ia menekankan pentingnya analisis sebab-akibat, memahami struktur kekuasaan, serta mempertimbangkan berbagai perspektif dalam menilai kebijakan publik.

Namun, kritik harus disampaikan dengan santun dan empati, tanpa sinis, serta disertai tanggung jawab untuk memberikan solusi.

Pesan ketiga adalah jangan tinggalkan nilai moralitas dan spiritualitas.

Sebagai lulusan UIN Ar-Raniry, para sarjana memiliki landasan keilmuan yang seimbang antara rasionalitas dan nilai Islam.

Ilmiza mengingatkan bahwa integritas dan akhlak harus menjadi pijakan utama di tengah dunia yang serba cepat dan dinamis.

“Jangan takut salah, yang penting bangkit lagi dengan niat ikhlas, sabar, dan rendah hati,” ujarnya.

Ilmiza juga memotivasi para lulusan untuk memandang diri mereka sebagai calon pemimpin, peneliti, aktivis sosial, maupun pejabat publik yang berkontribusi positif bagi agama, bangsa, dan negara.

Ia memberi contoh kecil bagaimana anaknya yang lupa membawa makanan saat sekolah mampu berpikir kreatif dan mencari solusi dengan memesan secara online.

“Itulah contoh sederhana bagaimana berpikir solutif itu sangat penting di zaman ini,” katanya.

Mengakhiri orasinya, Ilmiza mengutip kata-kata Eleanor Roosevelt, “The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams,” yang berarti masa depan milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi.

Ia menegaskan pentingnya niat yang tulus untuk mengabdi kepada agama, bangsa, dan negara sebagai landasan utama dalam setiap langkah kehidupan.

Pesan spiritual juga mengingatkan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal, sehingga belajar dan refleksi harus terus dilakukan sepanjang hayat. [Is]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close