Habanusantara.net– Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pidie terus meningkatkan upaya pencegahan stunting melalui pemberian makanan tambahan (PMT) lokal dan pemeriksaan kehamilan secara teratur (ANC).
Langkah ini sangat penting untuk mencegah stunting sejak dini, terutama bagi ibu hamil dan balita yang memiliki masalah gizi.
Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr. Dwi Wijaya, menegaskan bahwa program ini adalah salah satu langkah strategis untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Pidie, yang berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, masih berada di angka 29,5%.
“Kami berkomitmen untuk menurunkan angka stunting di Pidie melalui berbagai program intervensi, termasuk pemberian PMT lokal serta pemeriksaan kehamilan secara rutin bagi ibu hamil. Ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan dan terintegrasi untuk menurunkan prevalensi stunting,” ungkap dr. Dwi Wijaya.
Dalam upaya mempercepat penurunan angka stunting, Dinkes Pidie telah melaksanakan berbagai program, termasuk pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi petugas dan kader kesehatan.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain meliputi Pertemuan Evaluasi Intervensi Spesifik Stunting, On The Job Training (OJT) bagi kader terkait penggunaan alat antropometri untuk memantau pertumbuhan anak, serta pendampingan oleh tim ahli dokter spesialis anak dan kandungan di puskesmas.
Selain itu, Dinkes Pidie juga mengadakan rapat evaluasi dan pembentukan jejaring skrining layak hamil, ANC, dan stunting, serta pendampingan dan pemantauan PMT lokal di puskesmas.
Tak hanya itu, mereka juga memberikan supervisi terhadap layanan kesehatan ibu dan anak, termasuk gizi di posyandu, serta melatih para kader dan guru PAUD dalam pemantauan tumbuh kembang anak.
Meskipun demikian, Dinkes Pidie juga menghadapi sejumlah tantangan dalam menjalankan program ini, seperti kurangnya pemahaman masyarakat tentang pola konsumsi yang sehat, khususnya terkait protein hewani, sayuran, buah, serta pentingnya ASI eksklusif selama enam bulan dan MPASI yang tepat.
Dwi Wijaya juga menyoroti masalah pola asuh yang kurang memperhatikan kesehatan, tumbuh kembang, serta kasih sayang terhadap anak, ditambah dengan mitos sosial budaya yang membatasi konsumsi makanan tertentu selama kehamilan.
Di sisi lain, faktor ekonomi juga menjadi kendala, karena pekerjaan dan pendapatan orang tua sangat mempengaruhi kesehatan keluarga.
“Kesadaran masyarakat untuk mengubah pola asuh dan konsumsi memang masih menjadi tantangan, tetapi kami berupaya mengedukasi dan melakukan pemantauan secara langsung melalui kader dan petugas kesehatan,” jelas Dwi Wijaya.
Ia menambahkan, selama tiga tahun terakhir, Dinkes Pidie telah memberikan berbagai bentuk intervensi, seperti pembagian tablet tambah darah (TTD) kepada remaja putri, pelayanan ANC secara rutin, dan pemberian PMT lokal melalui puskesmas kepada ibu hamil dan balita yang bermasalah gizi.
Selain itu, mereka juga melakukan pemeriksaan kehamilan serta memberikan makanan tambahan yang kaya zat besi kepada ibu hamil untuk mencukupi kebutuhan gizi mereka.
Di tahun 2024 ini, fokus Dinkes Pidie adalah memastikan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani seperti telur, ikan, ayam, daging, dan susu bagi anak usia 6 hingga 24 bulan, sekaligus meningkatkan pelatihan dan pendampingan bagi petugas kesehatan serta kader untuk mendukung program percepatan penurunan stunting.
Dwi Wijaya juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat untuk mencapai target penurunan stunting. Ia optimistis bahwa dengan penerapan program ANC teratur dan distribusi PMT lokal yang tepat, angka stunting di Pidie akan turun secara signifikan.
“Dengan kerja sama yang kuat, kami yakin anak-anak di Pidie akan tumbuh sehat dan terhindar dari risiko stunting,” tutupnya.
Cegah Stunting dengan MP-ASI Kaya Protein Hewani
Selain program PMT dan ANC, Dwi Wijaya juga mengajak para orang tua untuk memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang kaya akan protein hewani. Protein seperti daging, ikan, dan telur dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan optimal anak.
selain itu juga mengajak orang tua untuk rutin memantau terhadap pertumbuhan anak.
“Jika berat badan anak tidak naik, segera periksa ke dokter di puskesmas untuk penanganan lebih lanjut,” ujarnya.
Ia menjabarkan beberapa langkah pencegahan stunting yang dapat dilakukan oleh orang tua, antara lain:
– Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan anak.
– Memberikan MP-ASI yang kaya akan nutrisi, terutama protein hewani.
– Rutin memeriksakan perkembangan, pertumbuhan, dan status gizi anak ke dokter atau puskesmas.
– Melengkapi imunisasi wajib dan tambahan sesuai jadwal yang ditentukan.
– Memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usia bayi untuk mendukung perkembangan kognitif dan motorik.
– Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar tetap sehat.
– Segera membawa bayi ke rumah sakit atau dokter jika mengalami sakit.
Dengan berbagai langkah ini, ia berharap masyarakat semakin sadar pentingnya kesehatan anak, sehingga angka stunting dapat terus ditekan.[*]