Habanusantara.net – Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah terus memaksimalkan program KESCATIN (Kesehatan Calon Pengantin) sebagai bagian dari upaya menekan angka stunting di wilayah tersebut.
Berdasarkan data tahun 2023, tercatat sebanyak 1.139 kasus stunting, dan program KESCATIN diharapkan dapat memberikan edukasi dini tentang pentingnya kesehatan bagi pasangan yang hendak menikah, guna mencegah terjadinya stunting pada anak yang akan lahir.
Kepala Dinas Kesehatan Bener Meriah, Hasyimi IB, SKM, M.Kes., menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang menyebabkan anak tumbuh lebih pendek dari anak seusianya serta berisiko mengalami gangguan perkembangan kognitif.
“Stunting bukan hanya soal tinggi badan yang pendek, tetapi juga dapat mengakibatkan terganggunya kemampuan belajar dan kesehatan jangka panjang,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hasyimi menambahkan bahwa stunting umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang, terutama pada seribu hari pertama kehidupan, yang meliputi sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.
Faktor lain yang dapat memicu stunting, katanya, termasuk praktik hidup yang kurang bersih, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, pernikahan usia dini, dan masih adanya kebiasaan buang air besar sembarangan.
Hasyimi juga menjelaskan beberapa ciri-ciri anak yang mengalami stunting, di antaranya adalah tubuh yang lebih pendek dibanding anak seusianya, penurunan daya tahan tubuh, dan keterlambatan perkembangan fisik maupun mental.
“Biasanya anak yang mengalami stunting terlihat lebih kecil dan pendek, dan mereka cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah, sehingga lebih mudah sakit,” tambahnya.
Untuk mengatasi masalah stunting di Bener Meriah, Dinkes Bener Meriah menggiatkan program KESCATIN yang memberikan edukasi kepada calon pengantin mengenai pentingnya asupan gizi, pola hidup sehat, serta kebersihan lingkungan sebelum memasuki pernikahan dan memulai keluarga.
Menurut Hasyimi, program ini bertujuan agar calon orang tua memahami pentingnya mempersiapkan kesehatan sejak dini untuk mencegah anak-anak mereka mengalami stunting.
Selain KESCATIN, Dinkes Bener Meriah juga menggiatkan berbagai inisiatif lainnya, termasuk program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) yang melibatkan tokoh masyarakat untuk memberikan perhatian dan bantuan kepada anak-anak stunting di lingkungannya.
“Dengan adanya peran tokoh masyarakat, kami berharap edukasi mengenai stunting dan kesehatan lingkungan bisa diterima lebih baik oleh warga,” tambah Hasyimi.
Meski demikian, berbagai kendala masih dihadapi dalam upaya menurunkan angka stunting. Menurut Hasyimi, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, pola hidup yang sulit diubah, dan minimnya dukungan dana menjadi hambatan dalam program ini.
“Ada sebagian masyarakat yang masih percaya pada hal mistik dan memiliki pemahaman yang kurang tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, yang tentunya berpengaruh terhadap kesehatan anak-anak mereka,” jelasnya.
Kendala lainnya adalah masih tingginya angka pernikahan di bawah umur serta rendahnya kesadaran tentang kebersihan, termasuk tingginya praktik buang air besar sembarangan.
Untuk mengatasi masalah ini, Dinkes Bener Meriah bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menyediakan akses jamban sehat di wilayah-wilayah yang membutuhkan.
Guna memperkuat upaya pencegahan stunting, Dinkes juga melibatkan kader kesehatan di setiap desa dengan memberikan pelatihan secara berkelanjutan. Mereka dibekali dengan pengetahuan untuk menyusun dan memberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bergizi kepada balita serta melaksanakan kegiatan posyandu dengan kejar timbang agar dapat memantau status gizi anak-anak di setiap gampong.
Selain itu, advokasi dilakukan agar kader tidak mudah diganti, mengingat pentingnya pengalaman dalam menjalankan tugas.
“Edukasi kepada masyarakat tentang makanan bergizi sangat penting. Kami berusaha menyadarkan masyarakat bahwa asupan gizi, terutama untuk calon ibu, sangat berperan dalam mencegah stunting. Selain itu, kami memberikan tablet tambah darah bagi remaja untuk mengatasi masalah anemia yang bisa berdampak pada kehamilan mereka kelak,” ungkap Hasyimi.
Hasyimi menekankan bahwa upaya menekan angka stunting tidak bisa dilakukan secara instan dan membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat.
Dengan beragam program yang sedang dijalankan, termasuk KESCATIN, BAAS, pelatihan kader, serta kolaborasi untuk pembangunan jamban sehat, Dinas Kesehatan Bener Meriah optimis angka stunting dapat ditekan.
Program KESCATIN diharapkan dapat menjadi langkah preventif utama dalam mempersiapkan generasi yang sehat sejak sebelum mereka dilahirkan.
Dengan dukungan berbagai pihak dan peningkatan kesadaran masyarakat, Dinkes Bener Meriah berharap angka stunting di wilayah ini dapat terus turun dan menciptakan generasi yang sehat serta bebas dari masalah gizi.
Ajak Mencegah Stunting dengan MP-ASI Kaya Protein Hewani
Kadis Kesehatan Bener Meriah juga mengajak para orang tua untuk memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang kaya protein hewani berbahan pangan lokal.
“Protein hewani seperti daging, ikan, dan telur dinilai penting untuk pertumbuhan optimal anak,” ungkapnya.
Hasyimi juga menghimbau kepada orang tua untuk melakukan pemantauan pertumbuhan anak secara rutin
“Jika berat badan anak tidak naik, segera periksa ke dokter di puskesmas untuk penanganan lebih lanjut,” imbaunya.
Cara Mencegah Stunting
Beberapa langkah efektif yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mencegah stunting meliputi:
1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan anak.
2. Memberikan MP-ASI yang sesuai dengan umur anak dan kaya akan nutrisi, terutama protein hewani.
3. Rutin memeriksakan perkembangan, pertumbuhan, dan status gizi anak ke dokter atau puskesmas.
4. Melengkapi imunisasi wajib dan tambahan sesuai jadwal yang ditentukan.
5. Memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usia bayi untuk mendukung perkembangan kognitif dan motorik.
6. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar tetap sehat.
7. Segera membawa bayi ke rumah sakit atau dokter jika sakit.[***]