ADVERTORIAL

Dai Perbatasan dan Terpencil, Pilar Kekuatan Syariat Islam di Aceh

×

Dai Perbatasan dan Terpencil, Pilar Kekuatan Syariat Islam di Aceh

Sebarkan artikel ini
Kepala Bidang Penyuluhan Agama Islam dan Tenaga Da'i Dinas Syariat Islam Aceh, Fikri Sulaiman Ismail.

Habanusantara.net, Dai Perbatasan dan Terpencil merupakan program inisiatif Dinas Syariat Islam Aceh yang telah berjalan sejak 2002, bertujuan untuk memperkuat pengamalan syariat Islam dan memberdayakan masyarakat di daerah-daerah perbatasan serta terpencil.

Program ini muncul dari kekhawatiran akan kondisi keagamaan di masyarakat, terutama di wilayah yang berdekatan dengan komunitas nonmuslim.

“Program ini sudah berlangsung sejak 2002, jadi sudah 22 tahun berjalan,” ungkap Kepala Bidang Penyuluhan Agama Islam dan Tenaga Da’i Dinas Syariat Islam Aceh, Fikri Sulaiman Ismail.

Dai yang dikirimkan ke daerah-daerah terpencil dan perbatasan, lanjut Fikri, berperan penting dalam menghidupkan kembali kegiatan keagamaan yang sempat surut, seperti pengajian, salat berjamaah, dan pengurusan jenazah.

Dia menjelaskan bahwa aktivitas keagamaan di daerah tersebut sangat minim, dan tidak jarang masyarakat kesulitan mengakses tempat ibadah. “Kegiatan keagamaan jarang dilaksanakan, dan daerah-daerah tersebut rentan terhadap aliran sesat akibat lemahnya pengetahuan agama,” katanya.

Keberadaan Dinas Syariat Islam Aceh, yang didirikan pada 25 Januari 2002, berperan sebagai jawaban atas tantangan tersebut, terutama setelah Aceh diberikan keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam pada 1999.

Melalui program Dai Perbatasan dan Terpencil, Dinas Syariat Islam Aceh mengirim dai yang telah melalui serangkaian tahapan seleksi ketat untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya memiliki pengetahuan agama yang memadai tetapi juga komitmen untuk menyebarluaskan syariat Islam.

Saat ini, program ini tersebar di enam kabupaten di Aceh, termasuk Aceh Tamiang, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Simeulue, dan Subulussalam. “Dai menjadi garda terdepan dalam memastikan kesejahteraan spiritual masyarakat di daerah perbatasan dan terpencil,” kata Fikri.

Setiap dai yang dikirimkan melalui program ini harus memenuhi syarat seperti menguasai Al-Qur’an dan memahami literasi keagamaan.

Mereka juga menjalani tes tertulis dan wawancara sebagai bagian dari proses seleksi.

“Ini untuk memastikan bahwa mereka memiliki komitmen yang kuat dalam menjalankan tugas dakwah,” tambah Fikri.

Dai yang berhasil lolos akan langsung ditempatkan di lokasi tanpa pembinaan lebih lanjut, tetapi mereka tetap berada di bawah pengawasan aparatur desa dan koordinator lapangan.

Evaluasi kinerja dai dilakukan secara rutin, minimal enam bulan sekali, untuk memastikan bahwa mereka dapat melaksanakan tugas dengan baik dan menghidupkan kembali pengamalan syariat Islam di daerah tempat mereka bertugas.

“Indikator keberhasilan kami adalah sejauh mana dai dapat melahirkan kader-kader keagamaan di komunitasnya,” jelas Fikri.

Rustamil Juli, salah satu dai yang telah mengabdi di Pasar Puntung, Kecamatan Semadam, Aceh Tenggara selama hampir 10 tahun, menyatakan bahwa masyarakat semakin terbiasa dan senang dengan keberadaan dirinya.

“Saya merasa senang bisa menjadi bagian dari masyarakat dan memberikan pengaruh positif melalui program-program dakwah yang saya jalankan,” katanya.

Program Dai Perbatasan dan Terpencil, yang diatur melalui Peraturan Gubernur Aceh Nomor 54 Tahun 2014, saat ini memiliki sekitar 178 dai. Namun, jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan ideal, yang diperkirakan mencapai 400 hingga 500 orang.

“Kebutuhan riil jauh di atas itu. Oleh karena itu, kami berharap program ini dapat terus berlanjut dan berkembang,” harap Fikri.

Dengan adanya dai yang bertugas di daerah terpencil, diharapkan pengamalan syariat Islam dapat semakin kuat dan masyarakat bisa mendapatkan akses terhadap kegiatan keagamaan.

Program ini menjadi langkah penting dalam menjaga kekuatan syariat Islam di Aceh, terutama di daerah-daerah yang jarang terjangkau oleh ustaz dan kegiatan keagamaan.[***]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close