Habanusantara.net – Dalam sejarah Islam, kisah Nabi Sulaiman menjadi landasan inspirasi bagi umat Muslim. Kekayaannya yang megah dan hikmah yang dimilikinya menciptakan jejak yang tak terlupakan. Salah satu aspek menarik dari kisahnya adalah doa yang beliau panjatkan kepada Allah SWT, doa yang mencerminkan kerendahan hati, kebijaksanaan, dan keinginan untuk memohon kekayaan yang sejati.
Nabi Sulaiman, meskipun dianugerahi kekayaan dan kebijaksanaan oleh Allah, tetap merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta. Doa beliau untuk kekayaan tidak hanya mencakup harta benda dan materi, tetapi juga memohon ampunan dosa. Doa ini tercermin dalam ayat 35 surat Shaad:
“قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ”
(Qaala rabbi ighfir lii wahab lii mulkan laa yanbaghii li-ahadin min ba’dii innaka anta alwahhaabu.)Artinya: “Ya Rabbku, ampuni segala dosaku dan beri kepadaku kerajaan yang tidak akan bisa dimiliki oleh seorang pun setelahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”
Doa ini mengajarkan kita sebagai umat Muslim untuk tidak hanya memohon kekayaan materi, tetapi juga meminta ampunan dosa sebagai langkah awal menuju kekayaan yang sejati di sisi Allah. Nabi Sulaiman memberikan contoh bahwa kekayaan sejati mencakup keberkahan dan ampunan, bukan hanya harta dan kekayaan duniawi semata.
Bukan hanya itu, doa Nabi Sulaiman juga mencerminkan kebijaksanaannya dalam memandang kekayaan. Beliau tidak hanya meminta kekayaan untuk kepentingan pribadi, tetapi juga memohon agar kekayaan tersebut menjadi sarana keberkahan bagi umatnya. Dalam doanya, terdapat keinginan agar kerajaan yang diberikan Allah tidak bisa dimiliki oleh siapa pun setelahnya. Ini menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman memandang kekayaan sebagai tanggung jawab untuk memberikan manfaat bagi banyak orang.
Dalam konteks doa Nabi Sulaiman, “مُلْكًا” (mulkan) yang dapat diartikan sebagai kerajaan, memberikan pesan bahwa kekayaan yang diminta adalah lebih dari sekadar harta benda. Beliau memohon agar diberikan kerajaan yang membawa keberkahan, kesejahteraan, dan manfaat luas bagi umatnya. Doa ini menjadi pelajaran berharga bahwa kekayaan sejati adalah yang dapat menciptakan keberkahan dan memberikan manfaat untuk kebaikan bersama.
Namun, perlu dicatat bahwa doa ini tidak hanya bersifat duniawi semata. Nabi Sulaiman mengajarkan bahwa kekayaan yang sejati adalah yang membawa manfaat di dunia dan akhirat. Doa ini menciptakan pandangan holistik tentang kekayaan, mencakup aspek spiritual, moral, dan sosial, bukan hanya aspek material semata.
Dalam mengartikan doa Nabi Sulaiman, kita diajarkan untuk memandang kekayaan sebagai sarana, bukan tujuan akhir. Kekayaan sejati adalah yang dapat membantu mencapai tujuan nobel, menghapus dosa, dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Sikap rendah hati dan kerendahan hati Nabi Sulaiman dalam berdoa menjadi teladan bagi kita untuk senantiasa berserah diri kepada Allah, merendahkan diri di hadapan-Nya, dan tidak terlalu terikat pada kekayaan duniawi yang sementara.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari umat Muslim, doa Nabi Sulaiman menjadi sumber inspirasi untuk memandang kekayaan dengan bijak. Terlalu sering, manusia terjebak dalam hasrat duniawi, tanpa menyadari kefanaan kekayaan dan kebutuhan akan kekayaan yang lebih tinggi, yaitu kekayaan spiritual dan ampunan dari Allah SWT.
Oleh karena itu, memahami doa Nabi Sulaiman dapat menjadi panduan bagi umat Muslim dalam menyusun doa-doa mereka. Doa untuk kekayaan seharusnya mencakup permohonan ampunan, kerendahan hati, dan kebijaksanaan dalam menggunakan kekayaan yang diberikan oleh Allah. Kekayaan seharusnya bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai keberkahan dan kesejahteraan bersama.[SA]




















