ADVERTORIALDPRKParlementaria

Musriadi Dorong Pemko Rancang Regulasi Pelestarian Bahasa Aceh

×

Musriadi Dorong Pemko Rancang Regulasi Pelestarian Bahasa Aceh

Sebarkan artikel ini
Anggota DPRK Banda Aceh Dr. Musriadi Aswad
Anggota DPRK Banda Aceh Dr. Musriadi Aswad

Habanusanara.net– Dr. Musriadi SPd MPd, Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, mendorong Pemerintah Kota Banda Aceh untuk merumuskan regulasi yang bertujuan pelestarian bahasa Aceh. Langkah ini muncul sebagai respons terhadap riset Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) yang mengungkapkan bahwa 169 dari 746 bahasa daerah di Indonesia berisiko punah.

Musriadi menekankan pentingnya inovasi dalam pengajaran bahasa Aceh, dengan pengalokasian mata pelajaran, peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru, serta penyediaan sarana prasarana pendukung pembelajaran di semua tingkatan pendidikan.

Politisi PAN ini juga mengusulkan program sehari berbahasa Aceh bagi warga Kota Banda Aceh, yang tidak hanya diterapkan di sekolah, tetapi juga di kalangan aparatur sipil negara (ASN) dan lembaga pemerintah dan swasta. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan penggunaan bahasa Aceh dalam pelayanan publik, sejalan dengan praktek di daerah-daerah lain di Indonesia.

Dalam upaya pelestarian bahasa Aceh, Musriadi menyoroti pentingnya memaksimalkan pengajaran bahasa Aceh sebagai muatan lokal wajib di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Dia juga mendukung pendirian program studi bahasa Aceh di perguruan tinggi di Aceh untuk mengatasi kekurangan guru yang berkualifikasi di bidang bahasa Aceh.

Musriadi menambahkan bahwa bahasa Aceh harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah untuk mencegah penurunan statusnya dan pelestariannya oleh generasi mendatang. Dia berpendapat bahwa regulasi yang tepat dapat menjadi landasan untuk mengintegrasikan bahasa Aceh sebagai aset budaya yang penting bagi Aceh.

Upaya pelestarian bahasa Aceh menjadi semakin mendesak, karena bahaya kepunahan yang mengintai dan pentingnya menjaga kearifan lokal dan budaya Aceh


Pelestarian Bahasa Aceh: Menjaga Kekayaan Budaya yang Terancam

Bahasa adalah jendela ke dalam budaya suatu bangsa. Bahasa memuat nilai-nilai, sejarah, dan identitas yang melekat pada masyarakatnya. Di Indonesia, yang kaya akan keanekaragaman budaya, bahasa-bahasa daerah adalah komponen penting dari warisan budaya yang harus dilestarikan. Salah satu bahasa daerah yang memiliki nilai budaya yang tinggi adalah bahasa Aceh.

Aceh, yang juga dikenal sebagai Serambi Mekkah, memiliki budaya yang unik dan beragam. Bahasa Aceh adalah salah satu unsur yang mencerminkan kekayaan budaya ini. Namun, seperti banyak bahasa daerah lainnya di seluruh dunia, bahasa Aceh menghadapi ancaman kepunahan yang perlu diperhatikan secara serius. Inilah mengapa pelestarian bahasa Aceh adalah sebuah tugas mendesak.

Bahasa Aceh bukan hanya sebuah alat komunikasi, melainkan juga penjaga sejarah panjang dan tradisi unik yang dimiliki masyarakat Aceh. Bahasa ini memiliki akar yang kuat dalam berbagai aspek budaya, termasuk adat istiadat, kesenian, dan agama. Oleh karena itu, melestarikan bahasa Aceh adalah menjaga sebuah warisan budaya yang telah ada selama berabad-abad.

Salah satu alasan mengapa pelestarian bahasa Aceh sangat penting adalah untuk menjaga identitas budaya masyarakat Aceh itu sendiri. Bahasa adalah simbol dari siapa kita, dari mana kita berasal, dan apa yang kita yakini. Bahasa Aceh mencerminkan akar-akar budaya yang dalam, termasuk nilai-nilai kearifan lokal, tradisi keagamaan, dan sejarah perjuangan. Jika bahasa ini terancam punah, maka ada risiko besar bahwa identitas budaya Aceh juga akan terkikis.

Selain itu, bahasa Aceh juga adalah sarana untuk mengakses pengetahuan tradisional. Banyak cerita rakyat, legenda, hukum adat, dan pengetahuan tentang tumbuhan obat-obatan yang berharga terkandung dalam bahasa Aceh. Melestarikan bahasa ini berarti menjaga pengetahuan ini tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

Bahasa Aceh juga memiliki potensi ekonomi dan pariwisata yang signifikan. Dalam era globalisasi, pariwisata budaya menjadi semakin penting. Bahasa yang kuat dan hidup adalah daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan budaya lokal. Hal ini dapat membantu menggerakkan perekonomian lokal dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Namun, untuk mencapai semua ini, kerja sama dari semua pihak diperlukan. Pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan individu-individu, semuanya memiliki peran dalam upaya pelestarian bahasa Aceh. Program pembelajaran bahasa Aceh, promosi budaya lokal, dan dukungan untuk penelitian dan pengembangan bahasa adalah langkah-langkah yang perlu diambil secara serius.

Pelestarian bahasa Aceh bukan hanya tentang menjaga kata-kata hidup, tetapi juga tentang menjaga identitas, sejarah, dan budaya yang melekat pada bahasa tersebut. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, menjaga keanekaragaman bahasa adalah menjaga keanekaragaman budaya kita sendiri. Itu adalah tanggung jawab bersama kita untuk melindungi warisan budaya ini dan melestarikan bahasa Aceh untuk generasi mendatang[Adv]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close