Habansantara.net, Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi yang tidak memadai, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.
Sub Koordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Aceh, dr. Dara Juliana, anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari anak seusianya serta rentan terhadap penyakit dan perkembangan kognitif yang terganggu.
Stunting bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya asupan gizi yang berkualitas, kondisi kesehatan ibu saat hamil, hingga pola asuh yang kurang optimal. Selain itu, faktor lingkungan seperti kebersihan juga berperan, di mana infeksi berulang seperti diare dapat memperburuk kondisi anak.
“Stunting bukan hanya soal kurang gizi, tetapi juga dipengaruhi lingkungan dan perilaku hidup sehat di masyarakat,” jelas dr. Dara.
Dalam upaya melakukan Pencegahan stunting, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh dalam intensif upaya menggerakkan penurunan angka stunting di provinsi dengan menggandeng Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di setiap kabupaten/kota.
Meski menghadapi tantangan di lapangan, pemerintah daerah tetap optimis dalam mencapai target penurunan stunting melalui berbagai upaya, khususnya bagi ibu hamil, remaja, dan balita.
Sub Koordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Aceh, dr. Dara Juliana, menjelaskan pada sasaran kelompok remaja pihaknya melakukan program pemberian tablet tambah darah untuk mencegah anemia, yang merupakan satu diantara faktor risiko stunting di masa depan. Kemudian untuk ibu hamil, pihaknya menganjurkan pemeriksaan minimal enam kali selama kehamilan.
“Dua kali bertemu dokter dan empat kali bertemu bidan, serta pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama masa kehamilan,” kata dr. Dara. Sedangkan bagi anak balita, Dinkes menyediakan program pemberian makanan tambahan serta melakukan pemantauan tumbuh kembang melalui simulasi.
“Semua upaya ini adalah bagian dari program pemerintah untuk mencegah stunting sejak dini,” tambahnya. Meskipun berbagai program telah berjalan, dr. Dara mengakui bahwa ada tantangan di lapangan, seperti kurangnya kepatuhan dan komitmen di tingkat desa dan kecamatan.
“Implementasi dilapangan tidak selalu sesuai dengan harapan , namun kami terus berusaha memperkuat komitmen dari para pengambil kebijakan agar pelaksanaan kegiatan lebih efektif dan tepat sasaran” ujarnya.
Dari data terbaru, angka stunting di Aceh telah turun menjadi 29,4 persen pada 2023 dan 31,2 persen pada 2022. Artinya ada penurunan jumlah stunting dari tahun 2022.
Namun, meski ada penurunan stunting, kasus anak dengan gizi kurang justru meningkat dari 11,3 persen pada 2022 menjadi 12,6 persen pada 2023, yang mengindikasikan potensi risiko stunting lebih lanjut. “Peningkatan angka gizi kurang ini harus kita waspadai, karena anak-anak dengan gizi kurang rentan terhadap stunting,” kata dr. Dara.
Ia menekankan bahwa penanganan stunting bukan hanya persoalan kekurangan gizi, tetapi juga dipengaruhi faktor lingkungan dan perilaku hidup masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus untuk pemenuhan gizi anak mulai dari pemenuhan protein nabati serta protein hewani dan dipastikan bersumber dari bahan pangan lokal.
“Pencegahan stunting membutuhkan proses jangka panjang yang membutuhkan kerja sama semua pihak dan perhatian terus-menerus, terutama pada tingkat daerah,” pungkasnya.
Ajak Masyarakat Berikan MP-ASI Kaya Protein Hewani Untuk Bayi
Dinas Kesehatan Aceh juga mengajak masyarakat untuk memberikan MP-ASI yang kaya akan protein hewani untuk bayinya.
Protein hewani memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan optimal anak.
“Kami selalu mengingatkan orang tua untuk memperhatikan pertumbuhan anak mereka secara rutin. Jika berat badan anak tidak naik, segera periksa ke dokter di puskesmas,” ujar dr. Dara.
Cara Pencegahan Stunting
Untuk mencegah stunting, dr. Dara memberikan beberapa langkah yang dapat diikuti oleh para orang tua:
- ASI Eksklusif: Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama sangat penting karena ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan bayi.
- MP-ASI Kaya Nutrisi: Setelah enam bulan, perkenalkan MP-ASI yang kaya akan nutrisi, terutama protein hewani seperti daging, ikan, dan telur, yang sangat mendukung pertumbuhan.
- Pemeriksaan Berkala: Rutin membawa anak ke posyandu atau puskesmas untuk memantau perkembangan dan status gizinya. Jika ada tanda-tanda berat badan stagnan atau tidak naik, konsultasikan segera dengan tenaga medis.
- Imunisasi Lengkap: Memberikan imunisasi wajib dan tambahan sesuai jadwal yang ditentukan untuk melindungi anak dari penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan.
- Stimulasi Kognitif dan Motorik: Memberikan stimulasi yang sesuai dengan usia anak juga penting untuk mendukung perkembangan kognitif dan motoriknya.
- Kebersihan Lingkungan: Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar agar anak terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang buruk. [***]