Haba Nusantara.net, Puluhan warga terdampak angin kencang di Kecamatan Nibong, Aceh Utara, menolak dan mengembalikan bantuan bahan pokok yang disalurkan oleh PT Pema Global Energi (PGE).
Penolakan ini dipicu karena bantuan dinilai tidak layak dan tidak mencerminkan empati terhadap korban bencana.
“Cuma dua butir telur per kepala keluarga, ini bentuk penghinaan terhadap penderitaan rakyat,” tegas Keuchik Gampong Nibong Wakeuh, Muhammad Isa, kepada wartawan, Senin (14/7/2025).
Bantuan berupa beras, telur, minyak goreng, dan mi instan itu sempat dibawa oleh aparat desa ke Kantor Kecamatan Nibong.
Namun setelah dihitung, warga sepakat untuk tidak membagikannya karena jumlahnya jauh dari mencukupi.
Warga pun memilih mengembalikan bantuan tersebut ke gerbang kantor PGE sebagai bentuk protes terbuka.
Paket sembako diletakkan begitu saja di depan pagar kantor perusahaan, disaksikan langsung oleh perwakilan manajemen.
Baca juga : Komisi III DPRK Desak PGE Jangan Abai ke Masyarakat Lingkungan
“Kalau dibagi rata, setiap keluarga hanya dapat satu ons minyak, dua butir telur, dan sedikit gula. Kami bukan minta mewah, tapi jangan permalukan kami dengan bantuan seperti ini,” ujar Keuchik Nibong Baroh, Razali, yang memimpin aksi pengembalian bantuan menggunakan mobil bak terbuka.
Data dari BPBD Aceh Utara menyebutkan, sebanyak 163 rumah di lima kecamatan mengalami kerusakan akibat angin kencang yang terjadi dua hari lalu.
Di Kecamatan Nibong sendiri, ada sekitar 100 rumah terdampak, tersebar di enam desa.
Marlina, salah satu warga Gampong Keupong Nibong, mengaku kecewa dan marah dengan sikap PGE yang menurutnya tidak menunjukkan kepedulian.
“Kami ini bukan minta-minta. Tapi lihat kondisi rumah kami yang hancur, anak-anak kami trauma. Bantuan mereka bukan solusi, malah bikin sakit hati,” katanya.
Kritik juga datang dari Satgas Percepatan Pembangunan Aceh (PPA) Aceh Utara, Tri Nugroho. Ia menilai PGE tidak punya nurani dan tidak layak disebut sebagai perusahaan nasional strategis.
“Perusahaan sekelas PGE yang sudah puluhan tahun eksploitasi gas di sini, tapi giliran warga kena musibah malah kirim dua butir telur? Angkat kaki saja dari Aceh Utara!” tegas Tri geram.
Menurutnya, bantuan simbolik seperti itu hanya memperburuk citra perusahaan di mata masyarakat.
“Ini bukan cuma soal jumlah, tapi soal etika dan moral. Jangan datang hanya untuk eksplorasi, lalu hilang saat rakyat butuh.”ujar warga lain dengan nada Kesal.
“Kami butuh kepedulian nyata, bukan seremoni tahunan. Kalau PGE masih merasa bagian dari Aceh, buktikan dengan tindakan yang manusiawi,” pungkas Muhammad Isa.[]