Ia menegaskan, kehadiran perempuan dalam ruang kepemimpinan bukan hanya soal representasi, tetapi juga tentang menghadirkan perspektif kasih, kedamaian, dan spiritualitas dalam pengambilan kebijakan. “Kita ingin menunjukkan bahwa perempuan juga bisa membawa nilai-nilai religius dan moral ke ruang publik, dengan cara yang lembut namun berdampak,” ungkapnya.
Bagi masyarakat Sabang, wacana menjadi tuan rumah MTQ Aceh 2026 bukan hanya kebanggaan, tetapi juga amanah besar. Kota yang dikenal dengan panorama alamnya yang memukau ini kini bersiap untuk memperkuat citranya sebagai pusat peradaban Quran di ujung barat Indonesia.
Dengan dukungan DPRK Sabang, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan seluruh elemen warga, harapan besar muncul agar pelaksanaan MTQ Aceh 2026 di Sabang bisa menjadi tonggak kebangkitan spiritual sekaligus memperkuat fondasi ekonomi masyarakat.
“Insya Allah, jika semua pihak bersatu, Sabang tidak hanya akan menjadi tuan rumah MTQ yang sukses, tapi juga menjadi simbol kebangkitan nilai-nilai Islam di ujung barat negeri ini,” tutup Maghdalina penuh keyakinan.
Dukungan terhadap rencana tersebut juga datang dari anggota DPRK Sabang, Samsul Bahri. Ia menilai pelaksanaan MTQ Aceh 2026 di Sabang akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat pulau itu sekaligus menjadi momentum memperkuat citra Sabang sebagai daerah religius dan ramah tamu.
“MTQ bukan hanya agenda keagamaan, tapi juga bentuk pengakuan terhadap karakter masyarakat Sabang yang cinta Al-Qur’an dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Saya kira ini momen tepat untuk menunjukkan bahwa Sabang tidak hanya indah secara alam, tapi juga kaya secara spiritual,” ujar Samsul Bahri.
