Ekraf

Tak Sekadar Wajah Cantik, Duta Wisata Banda Aceh Jadi Penggerak Ekonomi Kreatif dengan Kontennya

×

Tak Sekadar Wajah Cantik, Duta Wisata Banda Aceh Jadi Penggerak Ekonomi Kreatif dengan Kontennya

Sebarkan artikel ini

Habanusantara.net – Dulu, duta wisata sering identik dengan ajang kecantikan dan busana adat. Kini, wajah mereka berubah. Tak sekadar tampil memesona di atas panggung, para Duta Wisata Banda Aceh justru menjadi motor penggerak baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Dengan kamera di tangan dan kreativitas tanpa batas, mereka membawa keindahan Banda Aceh menembus layar-layar dunia digital.

Peran mereka makin tak tergantikan. Duta wisata kini bukan hanya simbol kehormatan, tapi jembatan yang menghubungkan kekayaan budaya lokal dengan pasar global.

Dari konten video yang mengulas kuliner khas Aceh, hingga foto-foto estetik situs bersejarah—semuanya diracik dengan sentuhan Gen Z yang paham algoritma dan tren media sosial.

“Duta wisata bukan lagi sekadar duta seremoni. Mereka agen perubahan,” ujar anggota DPRK Banda Aceh, Abdul Raruf, saat berbicara tentang peran strategis generasi kreatif ini.

Menurutnya, kemampuan duta wisata dalam menjangkau audiens luas lewat platform digital adalah potensi besar yang harus terus didukung.

“Kami mendukung penuh peran mereka. Duta wisata bisa jadi penggerak sektor pariwisata sekaligus ekonomi kota. Mereka membawa energi baru, ide baru, dan cara baru mempromosikan Banda Aceh,” tambahnya.

Proses seleksi duta wisata Banda Aceh pun bukan perkara mudah. Para finalis diuji bukan hanya dari penampilan, tapi juga dari pengetahuan tentang sejarah, budaya, hingga potensi wisata lokal.

Dengan bekal itu, mereka kini berdiri di garda terdepan berbagai ajang promosi—dari pameran wisata regional, nasional, hingga internasional. Fokus mereka jelas: memperkenalkan Banda Aceh sebagai kota dengan keindahan alam, sejarah panjang, dan kekayaan kuliner yang autentik.

Di era digital, para duta wisata ini tahu betul bagaimana menarik perhatian dunia. Mereka aktif di media sosial, menciptakan konten kreatif yang menggabungkan visual memukau dan narasi emosional.

Ada yang membuat vlog perjalanan ke Masjid Raya Baiturrahman saat senja, ada pula yang menampilkan pesona pantai Ulee Lheue, hingga cerita rakyat Aceh yang dibungkus dengan gaya modern.

Konten-konten itu bukan hanya indah dilihat, tapi juga menggugah rasa ingin tahu. Tak sedikit wisatawan yang mengaku penasaran datang ke Banda Aceh setelah melihat postingan duta wisata di Instagram atau TikTok. Di sinilah dampak ekonomi kreatif mulai terasa—di mana pariwisata, media digital, dan wirausaha lokal saling terhubung.

Lebih dari sekadar promotor wisata, para duta ini juga aktif dalam kegiatan sosial dan edukasi. Mereka turun langsung ke masyarakat lewat kampanye sadar wisata, pelatihan kebersihan lingkungan, dan kegiatan pelestarian budaya.

“Kami ingin para duta wisata jadi inspirasi, bukan hanya tampil di acara, tapi membawa semangat perubahan,” ungkap Abdul Raruf lagi.

Ia menegaskan, keberhasilan promosi pariwisata Banda Aceh tak bisa dipisahkan dari sinergi antara duta wisata, pemerintah, dan masyarakat. Duta wisata mempromosikan dan membentuk citra positif, pemerintah menyiapkan kebijakan serta infrastruktur, sementara masyarakat menjaga keramahan dan kebersihan yang menjadi ciri khas Aceh.

Kini, duta wisata Banda Aceh tak hanya menjadi wajah ramah penyambut pelancong, tetapi juga penggerak ekonomi kreatif digital yang menginspirasi banyak anak muda.

Mereka membuktikan bahwa promosi daerah tak lagi hanya soal baliho dan brosur, melainkan tentang cerita yang hidup di dunia maya, dikemas dengan kreativitas, dan disampaikan dengan hati.

Dan dari tangan-tangan kreatif mereka, Banda Aceh tak hanya dikenal karena sejarahnya, tapi juga karena semangat mudanya yang terus menyalakan cahaya baru bagi pariwisata dan ekonomi daerah.[***]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
Songket motif Pha Changgeuk karya Mutiara Songket | foto: dok Mutiara Songket
Ekraf

Habanusantara.net – Tenun songket selama ini dikenal sebagai warisan budaya yang sarat makna, penuh simbol, dan bernilai tinggi. Namun bagi Ira Mutiara, Owner Mutiara Songket, tenun bukan hanya tradisi turun-temurun,…

Ekraf

Habanusantara.net – Di sebuah rumah sederhana di Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, disanalah seorang anak muda, Ira Mutiara, menenun benang demi benang dengan penuh kesabaran. Selama ini, di balik kelembutan…

Ekraf

Habanusantara.net – Wali Kota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Djamal, punya visi unik dalam membangun ekonomi daerah, yaitu menjadikan Banda Aceh sebagai “Kota Parfum”. Gagasan ini lahir dari potensi besar minyak…

close