Habanusantara.net, Masjid Raya Baiturrahman (MRB) telah lama menjadi ikon keislaman dan pusat kegiatan keagamaan serta budaya Islam di Aceh.
Terletak di jantung Kota Banda Aceh, MRB bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan besar yang melibatkan masyarakat Aceh. Masjid ini mampu menampung hingga 30.000 jamaah, menjadikannya masjid terbesar di Aceh dan pusat pelaksanaan berbagai acara, mulai dari shalat berjamaah hingga perayaan hari-hari besar Islam.
Masjid yang megah ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda, pemimpin Kerajaan Aceh Darussalam pada periode 1607-1636 Masehi.
Keindahan arsitekturnya, yang memadukan gaya Eropa dan Timur Tengah, menarik perhatian pengunjung dari seluruh dunia. Relief dan kaligrafi yang menghiasi dinding serta langit-langit masjid memberikan kesan mendalam bagi para jamaah dan wisatawan.
Lantai keramik yang berasal dari Italia dan payung-payung raksasa di pelataran masjid yang menyerupai Masjid Nabawi di Madinah semakin menambah kenyamanan bagi para pengunjung, terutama saat menjalankan ibadah di bawah terik matahari.
Sebagai pusat keagamaan, MRB menjadi tempat utama pelaksanaan berbagai acara keagamaan, terutama pada hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Pemerintah Aceh, melalui Dinas Syariat Islam dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Masjid Raya Baiturrahman, rutin mengadakan acara-acara besar ini. Malam takbiran dengan pawai, shalat Id, dan pengajian-pengajian merupakan beberapa contoh kegiatan yang selalu menyedot perhatian ribuan warga Aceh.
Setiap bulan Ramadhan, MRB menjadi pusat kajian Islam yang diselenggarakan setiap hari melalui halaqah magrib dan subuh. Kajian ini membahas berbagai aspek hukum fiqih, akidah, serta ajaran Rasulullah SAW.
Kegiatan ini tidak hanya terbatas pada warga lokal, tetapi juga diikuti oleh jamaah dari berbagai daerah yang ingin mendalami ajaran Islam lebih lanjut.
“Di setiap kegiatan halaqah, jamaah diajarkan bagaimana menyikapi hadits Rasulullah dan melaksanakan hukum-hukum fiqih dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Kepala UPTD Pengelola MRB, Saifannur.
“Ini menjadi salah satu cara kami untuk melestarikan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat modern.”
Selain pengajian rutin, MRB juga menggelar doa dan zikir bersama yang dihadiri ribuan masyarakat. Salah satu kegiatan yang paling menarik adalah pengajian Tastafi, yang diikuti oleh lebih dari 600 hingga 700 jamaah.
Rateb Seribe atau Zikir Akbar juga menjadi salah satu tradisi yang masih kental di Aceh, dan MRB menjadi tuan rumah acara ini secara rutin.
Pengelolaan MRB kini berada di bawah naungan Dinas Syariat Islam Aceh, yang melalui UPTD Pengelola MRB telah memfasilitasi berbagai kebutuhan pengunjung, baik dari segi sarana maupun prasarana.
“Kami berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah, baik lokal maupun luar daerah, yang datang untuk beribadah di Masjid Raya Baiturrahman,” jelas Saifannur.
Masjid Raya Baiturrahman bukan hanya kaya akan sejarah, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas modern. Pengunjung dapat merasakan kenyamanan beribadah di ruang masjid yang sejuk berkat mesin pendingin yang tersebar di seluruh sudut masjid.
Kebersihan dan kerapihan tempat ibadah selalu terjaga dengan baik, berkat kerja keras tim keamanan dan remaja masjid yang bertugas mengatur shaf jamaah.
Dengan kapasitas besar dan kelengkapan fasilitas, masjid ini juga kerap menjadi pilihan bagi pasangan yang ingin melangsungkan akad nikah. Setiap tahun, ratusan pasangan dari Aceh maupun luar daerah, termasuk dari Jakarta dan mancanegara, memilih menikah di masjid ini.[***]