News

Banyaknya Anggota KPPS yang meninggal dan jatuh sakit di Pemilu Tahun 2019

×

Banyaknya Anggota KPPS yang meninggal dan jatuh sakit di Pemilu Tahun 2019

Sebarkan artikel ini

PEMBAHASAN
Lebih dari 400 anggota KPPS tercatat meninggal dunia pasca Pemilu 2019 ada yang menilai kecapekan dan juga menduga karena di racuni, bagaimana fakta sebenarnya. Pemilu 2019 adalah pemilu yang paling melelahkan, pemilu serentak pertama dimana memilih Presiden dan Wakil Presiden berbarengan memilih Anggota DPR RI, DPR Provinsi, DPR Kabupaten/Kota dan DPD. Ada 5 surat suara yang harus di coblos berbareng oleh para pemilih, para pemilih saja banyak yang kualahan membuga ragam surat suara apalagi petugas pelaksana, dari mengamankan, menyediakan tempat penmunggutan suara, mengawal pelaksana pemilu hingga rekapitulasi. Sungguh padat rangkaiannya, banyak yang tidak tidur dibuatnya. Pesta demokrasi ini harus membayar mahal dengan hilangnya 450an pahlawan pemilu petugas KPPS. Beberapa investigasi yang mereka lakukan itu cukup mengagetkan. Karena modus dari meninggalnya juga sebagiannya ada kemungkinan adanya racun. Pemilu serentak tahun 2019 memang telah amat melelahkan, tapi ya, tidak menilai adanya indikasi petugas KPPS tewas karena di racuni. Dari data KPU RI ada 400 orang lebih meninggal dunia, dan sekitar 4.310 orang sakit sementara dari pihak kepolisian ada 22 Anggota yang gugur karena keletihan. Petugas KPPS yang meninggal ini tersebar 30 Provinsi di Jawa Barat tertinggi ada 100 orang meninggal dunia disusul di Jawa Timur 39 orang meninggal dunia dan banten 21 orang meninggal dunia. Jika kita bandingkan dengan Pemilu tahun 2014 ada 144 orang meninggal dunia memang jumlahnya jauh lebih sedikit, namun kita bandinkan dari sisi pekerjaan petugas KPPS hanya menampung 4 surat suara dan yang terpenting lagi bahwa sebelumnya bukan pemilu serentak, sehingga bebanya tidak seberat di pemilu 2019. Pesta demokrasi 17 April 2019 mengisakan cerita duka, pemilu serentak ini terasa begitu mahal sampai harus menelan korban jiwa hingga 1 Mei 2019 tercatat ada 380 anggota petugas KPPS meninggal dunia dan 4310 anggota petugas KPPS sakit. Over time atau waktu kerja yang berlebihan di kritisi menjadi penyebab banyak korban yang meninggal dan sakit, banyaknya petugas KPPS meninggal dunia maupun sakit menjadi catatan kelam KPU selaku penyelenggara pemilu. Atas peristiwa ini KPU berjanji akan segera menyelesaikan prosedur santunan untuk keluarga yang bersangkutan. Dua pekan pasca pemilihan umum 17 april 2019 jumlah petugas pemilu meninggal dunia dan sakit bertambah. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia turut menyoroti banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia dan sakit saat bertugas, FKUI menyatakan kinerja para petugas KPPS saat pemilu luar batas kemampuan manusia, di dampigi ketua KPU Arif Budiman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia akan melakukan penelitian lebih dalam atas insiden petugas KPPS pasca pemilu. Dekan FKUI juga menyarankan adanya sistem sif dalam bekerja KPPPS selain itu juga menghimbau memeriksa kesehatan sebelum dan setelah bertugas. Menteri Kesehatan RI melakukan pertemuan dengan ketua KPU untuk membahas penyebab ratusan petugas KPPS yang meninggal dunia, sementara itu KPU menilai usulan membentukan tim investigasi meninggalnya petugas KPPS tak relevan dengan kondisi saat ini. Bedasarkan hasil audit medis yang dilakukan Kementrian Kesehatan dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta tercatat sebanyak 18 petugas KPPS DKI Jakarta meninggal dunia dan 2641 petugas KPPS jatuh sakit, 8 dari 18 petugas KPPS disebabkan sakit jantung mendadak sementara beberapa petugas yang lainnya meninggal karen penyakit hati dan gagal pernafasan. Dari segi usia sebagian besar meninggal di atas usia 50 tahun, bila menilai faktor banyanya petugas meninggal bisa di sebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan kondisi kesehatan, sehingga saat dibebani jam kerja panjang dan stres dapat memicu gangguan kesehatanya dapat menyebabkan fatal. Pembentukan investigasi menduga kejanggalan meninggalanya rastusan petugas KPPS sebelumnya diusulkan oleh wakli ketua DPR Fahri Hamza. KPU mengakui saat ini pihaknya bersama Kementria Kesehatan sedang melakukan audit medis untuk mengetahui penyebab meninggalnya. Sekretatiat KPU mengatakan sudah ada 456 petugas KPPS meninggal dunia dan 4310 petugas KPPS sakit. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut penyebab utama kematian ratusan petugas KPPS pada pemilu 17 April bukanlah kelelahan, penyakit sebelum diderita seperti jantung dan juga saraf menjadi pemicu meninggalnya petugas KPPS. Ketua IDI menyatakan dalam diskusi terbuka di kantor Ikatan Dokter Indonesia banyaknya petugas KPPS yang meninggal memang perlu di teliti lebih jauh, hal ini juga sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi kepada komisi pemilihan umum dalam penyelenggaraan pemilu yang akan datang. Menurut Ketua Umum DPP Advokasi Rakyat untuk Nusantara (ARUN), Bob Hasan terdapat hal janggal dari gugurnya mereka, sebab penyelenggara pemilu tahun 2019 tidak berbeda jauh dibandingkan dengan pemilu lima tahun lalu. Sementara itu, Sekjend DPP ARUN Bungas T Fernando mengatakan kejadian serupa juga terjadi di lima tahun lalu, seharusnya KPU dapat mengantisipasinya. Selaim itu, pihaknya juga melihat masih adanya masalah pada saat pemungutan suara saat pemilu. Bungas menegaskan, KPU harus bertanggungjawab atas banyaknya korban jiwa tersebut. Pesta demokrasi harusnya tidak menghadirkan korban, Wakil MPR RI Hidayat Nur Wahid menyayangkan banyaknya korban meninggal dunia yang kelelahan saat bertugas menjadi anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS). Ia mengatakan hal tersebut tak seharusnya terjadi. Sebab, pemilu merupakan pesta demokrasi yang harus disambut dengan suka cita tanpa ada duka. “sistem pemilu yang sekarang sedang diberlakukan ini adalah tidak sesuai dengan harapannya, bahkan harus dievaluasi karena pastilah demokrasi adalah pesta dan pesta itu harusnya tidak menghadirkan korban dan ini korbannya sudah sangat banyak”.
Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGMsudah melaksakan penelitian terkait penyebab kematian KPPS dalam Pemilu 2019. Penelitian ini melibatkan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi UGM. Abdul Gaffar Karim, dari Departemen tersebut menyatakan di DIY tercatat ada 12 KPPS dan 2 pengawas yang meninggal. Seluruh korban berjenis kelamin laki laki, dalam rentang usia 46-67 tahun dan 90% diantaranya perokok aktif.
Penelitian forensik verbal ini dilakukan dengan menanyakan aktivitas selama 24 jam terakhir dari mereka yang meninggal itu. “Kesimpulannya memang, terutama karena kelelahan, bebang kerja yang terlalu berat tapi juga karena kesehatan yang tak prima. Jadi semua yang meninggal itu punya faktor resiko kesehatan. Bahkan ada yang punya istilahnya multiple morbidities, kata para dokter yang sakit lebih dari satu. Ada diabetes, ada yang jantung, ada juga yang sebelumnya mengalami stoke.’ kata Gaffar.

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
News

Sigli. Habanusantara.net, Memorial Living Park tersebut diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Republik Indonesia Yusril Ihza Mahendra, Wakil Menteri Hak Asasi Manusia Republik Indonesia…

News

Keberhasilan ini menjadi sinyal positif bagi Persiraja yang tengah membangun kekuatan menyambut kompetisi Liga 2 musim 2025/2026. Hal tersebut ditegaskan oleh Manajer Persiraja, Ridha Mafdhul Gidong, yang juga menjabat sebagai…

close