Ia menuturkan tidak sanggup memenuhi kebutuhan fasilitas tersebut sebab terbatasnya ekonomi keluarga. Suaminya, Rahmat (31), bekerja sebagai tukang becak di sekitaran Banda Aceh. Penghasilannya sehari-hari paling banyak Rp 100.000. Suaminya berasal dari kalangan disabilitas yang mengalami kesulitan komunikasi dan kelainan dibagian wajah atas sejak lahir. Sehingga, mata sebelah kanannya tidak berfungsi normal.
Pernah dulu Nurfaizah berjualan. Kekurangan modal membuatnya sulit merebut hati pelanggan. Tak mau menyerah, sekarang ia ingin membuka usaha kerajinan tangan berupa menjahit payung pengantin dan mengolah barang bekas menjadi pot bunga. “Niat saya itu belum saya laksanakan. Saya bingung ke mana nanti memasarkannya,” terangnya.

















