Habanusantara.net – Awal tahun 2025, gas menjadi komoditas impor terbesar di Aceh, dengan nilai mencapai 66,74 juta USD atau 88,02 persen dari total impor Januari.
Pemasok utama gas ke Aceh adalah Qatar, yang menyumbang 28,35 juta USD, diikuti oleh Amerika Serikat (23,65 juta USD) dan Uni Emirat Arab (14,75 juta USD).
Lonjakan impor ini membuat total nilai impor Aceh pada Januari 2025 mencapai 75,82 juta USD, meningkat 654,49 persen atau enam kali lebih besar dibandingkan Desember 2024.
“Tapi jika dibandingkan pada Januari 2024 mengalami kenaikan sembilan kali lipat atau sekitar 920,53 persen,” kata Pejabat Fungsional Madya BPS Aceh, Haifa Sari dalam konferensi an pers virtualnya beberapa waktu lalu.
Selain gas, Aceh juga mengimpor pupuk senilai 6,04 juta USD, beras sebesar 1,94 juta USD, serta beberapa komoditas lainnya seperti asam sulfat dan gypsum/anhidrit.
Akibat tingginya impor dibandingkan ekspor, maka perdagangan Aceh mengalami defisit sebesar 24,97 juta USD, setelah sebelumnya mengalami surplus selama hampir setahun penuh.
Haifa Sari menjelaskan bahwa lonjakan impor gas ini menjadi faktor utama defisit perdagangan Aceh di awal 2025.
“Meski ekspor masih tumbuh dibandingkan tahun lalu, tingginya ketergantungan pada impor energi membuat keseimbangan perdagangan terganggu,” ujarnya.
Sedangkan untuk nilai ekspor Aceh tercatat 50,85 juta USD, turun 28,56 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan Januari 2024, ekspor mengalami kenaikan 50,03 persen.
Sebagian besar ekspor masih didominasi oleh Batubara yang menyumbang 72,40 persen dari total ekspor dengan nilai mencapai 36,82 juta USD. Batubara lebih banyak diekspor ke negara India sejumlah 31,77 juta USD.[Fira]