HeadlinePilkada

Dari Granat Hingga Sabotase Warnai Pilkada Aceh, Paslon 01 Tuntut Keadilan

×

Dari Granat Hingga Sabotase Warnai Pilkada Aceh, Paslon 01 Tuntut Keadilan

Sebarkan artikel ini
Juru Bicara pasangan calon gubernur dan wakil Gubernur Aceh nomor urut 1, Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi, Hendra Budian. (Foto/waspadaaceh/Cut Nauval d).

Habanusantara.net – Pemilihan Gubernur Aceh tahun ini diwarnai rentetan insiden kekerasan dan sabotase yang mengancam jalannya demokrasi. Pasangan calon nomor urut 01, Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi, mengaku menjadi korban berbagai tindakan intimidasi, mulai dari pelemparan granat, ancaman pembunuhan, hingga perusakan alat peraga kampanye (APK).

Situasi ini memuncak saat debat ketiga Pilgub Aceh dibatalkan secara mendadak oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh.

Hendra Budian, juru bicara pasangan Bustami-Fadhil, menyebutkan bahwa berbagai tindakan intimidasi sudah mereka alami sejak awal kampanye. Salah satu insiden paling mengejutkan adalah pelemparan granat ke kediaman Bustami Hamzah di Banda Aceh, yang nyaris mencederai keluarga calon gubernur tersebut.

“Ini bukan hanya serangan terhadap seorang kandidat, tetapi juga terhadap demokrasi Aceh secara keseluruhan. Kami menuntut keadilan atas semua tindak kekerasan ini,” ujar Hendra, Kamis (21/11).

Di Aceh Tamiang, relawan pasangan Bustami-Fadhil menjadi sasaran ancaman pembunuhan oleh kelompok tak dikenal. Safuan, Sekretaris Relawan Rumah Kita Bersama (RKB), bahkan dipaksa untuk membuat video dukungan kepada pasangan lawan, Muzakir Manaf-Fadhlullah. Ketika menolak, ia diancam akan ditembak.

“Kejadian ini adalah bentuk nyata kekerasan politik yang tidak bisa dibiarkan. Kami menyerukan agar pihak berwenang segera mengambil tindakan,” tambah Hendra.

Tidak hanya itu, insiden penembakan kaca mobil tim kampanye Bustami-Fadhil di Pidie oleh pelaku tak dikenal kembali menambah daftar intimidasi. Sementara di Bireuen, kebun cabai milik salah satu koordinator kampanye dirusak, menyebabkan kerugian besar bagi korban.

Di sisi lain, Hendra menuding bahwa tuduhan terhadap pasangan Bustami-Fadhil, seperti menggunakan alat komunikasi ilegal saat debat, hanyalah taktik untuk mengalihkan perhatian publik dari berbagai insiden kekerasan yang terjadi.

“Debat adalah forum untuk menunjukkan gagasan, tetapi pembatalan ini justru mencederai proses demokrasi. Kami menduga kuat ada upaya terorganisir untuk menggagalkan debat tersebut,” tegas Hendra.

Pasangan nomor urut 01 kini mendesak KIP Aceh untuk menggelar ulang debat ketiga dan mengusut tuntas berbagai kasus kekerasan selama kampanye. “Keadilan harus ditegakkan. Pilkada Aceh harus menjadi contoh demokrasi yang bersih dan adil,” pungkas Hendra.

Insiden demi insiden yang menimpa pasangan Bustami-Fadhil menyoroti tantangan besar dalam memastikan Pilkada Aceh berjalan damai. Publik kini menanti keberanian aparat penegak hukum dan KIP Aceh untuk memulihkan integritas demokrasi di Aceh.[]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close