Artikel

Viral, Fenomena ‘Jam Koma’ di Kalangan Gen Z, Apa Penyebabnya?

×

Viral, Fenomena ‘Jam Koma’ di Kalangan Gen Z, Apa Penyebabnya?

Sebarkan artikel ini
Viral, Fenomena 'Jam Koma' di Kalangan Gen Z, Apa Penyebabnya?
Viral, Fenomena 'Jam Koma' di Kalangan Gen Z, Apa Penyebabnya?

Habanusantara.net, Fenomena “Jam Koma” tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan Gen Z, terutama di platform media sosial seperti TikTok dan X. Istilah ini merujuk pada kondisi kelelahan ekstrem yang memengaruhi fokus dan produktivitas. Tren ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang TikTokers, Oslo Ibrahim, melalui akun @osloibrahim.

Menurutnya, “Jam Koma” adalah saat seseorang merasa sangat lelah hingga mengalami pandangan kosong, sering salah mengetik, berbicara tidak nyambung, atau bahkan melamun dalam waktu lama.

Fenomena ini kerap terjadi pada waktu-waktu tertentu, seperti pukul 14.00-16.00 atau larut malam, ketika tubuh mengalami penurunan energi. Kondisi ini sering terjadi di kalangan Gen Z yang terlibat dalam multitasking dan aktivitas mental intens sepanjang hari.

Banyak yang mulai mengenali gejala-gejala “Jam Koma” setelah merasakannya di tengah kesibukan.

Apa Penyebab “Jam Koma”?

Menurut Oslo Ibrahim, “Jam Koma” terjadi karena otak yang kelelahan setelah terlalu banyak berpikir dan melakukan aktivitas mental. Kondisi ini mirip dengan istilah medis “kelelahan kognitif” (cognitive fatigue). Berdasarkan penjelasan dari Medical News Today, kelelahan kognitif merupakan kondisi di mana otak mengalami penurunan kemampuan untuk berpikir efektif dan fokus setelah menjalani aktivitas mental berkepanjangan.

Beberapa faktor yang dapat memicu kelelahan kognitif ini, antara lain:

  • Kurang tidur: Waktu tidur yang tidak cukup mengganggu fungsi otak dan menurunkan daya konsentrasi.
  • Stres berlebihan: Beban kerja mental yang berlebihan membuat otak kewalahan dan rentan mengalami kelelahan.
  • Pola makan buruk: Nutrisi yang tidak memadai juga dapat mengurangi kemampuan otak untuk bekerja dengan optimal.
  • Multitasking: Melakukan beberapa tugas secara bersamaan dapat membebani pikiran dan menurunkan kualitas hasil kerja.

Gejala “Jam Koma” seringkali ditandai dengan kesulitan berkonsentrasi, lebih sering melakukan kesalahan, dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang biasanya bisa dilakukan dengan cepat.

Bagaimana Cara Mengatasi “Jam Koma”?

Salah satu cara yang diusulkan oleh Oslo Ibrahim untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan beristirahat sejenak dan mengonsumsi makanan atau minuman manis untuk memulihkan energi. Hal ini bertujuan agar tubuh dan pikiran dapat kembali segar dan siap menjalani aktivitas berikutnya.

Selain itu, pakar psikologi seperti David Tzall, Psy.D, merekomendasikan beberapa langkah untuk mencegah dan mengatasi kelelahan kognitif, antara lain dengan:

  1. Istirahat secara teratur: Luangkan waktu untuk beristirahat dari tugas-tugas yang menuntut konsentrasi tinggi.
  2. Tidur yang cukup: Pastikan tidur setidaknya 7-8 jam setiap malam agar otak bisa berfungsi optimal.
  3. Konsumsi makanan bergizi: Pola makan yang sehat membantu otak mendapatkan nutrisi yang diperlukan untuk bekerja dengan baik.
  4. Kurangi multitasking: Fokus pada satu tugas dalam satu waktu untuk menghindari beban mental yang berlebihan.

Kesimpulan

“Jam Koma” menjadi fenomena viral di kalangan Gen Z karena banyaknya anak muda yang mengalami kelelahan mental akibat gaya hidup modern yang padat. Meskipun gejala ini mirip dengan kelelahan kognitif, penting untuk mengenali tanda-tandanya sejak dini agar bisa diatasi dengan cepat. Mengambil jeda dari aktivitas, menjaga pola makan, serta memperbaiki kualitas tidur menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan mental di era yang serba cepat ini.

Tinggal Komentar Anda
Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close