EkbisHeadline

Songket & Sulaman hingga sovenir Aceh Diburu Mancanegara, UMKM Punya Jalan ke Global Market

×

Songket & Sulaman hingga sovenir Aceh Diburu Mancanegara, UMKM Punya Jalan ke Global Market

Sebarkan artikel ini
Songket & Sulaman hingga sovenir Aceh Diburu Mancanegara
Songket & Sulaman hingga sovenir Aceh Diburu Mancanegara

Habanusantara.net, Songket Aceh, sulaman halus, anyaman tradisional sampai pernak-pernik bernuansa Islami ternyata lagi naik daun di mata dunia. Produk yang dulu cuma jadi buah tangan wisatawan lokal, sekarang mulai jadi incaran pembeli dari luar negeri. Dari Malaysia, Brunei, sampai Timur Tengah, mereka kepincut sama keaslian dan detail rumit yang nggak bisa ditiru pabrikan massal.

Di Banda Aceh, akhir Agustus kemarin, Asosiasi Kerajinan Souvenir Aceh ngumpul di salah satu kedai kopi hits. Dewi Antika Bahar, sang ketua asosiasi, dengan lantang mengatakan kalau UMKM Aceh punya peluang besar untuk tembus pasar global.

Menurutnya, warisan budaya Aceh bukan cuma sekadar cerita masa lalu. Ia bisa jadi nilai jual yang bikin produk kerajinan punya kelas sendiri.

Kain songket dengan motif penuh filosofi, sulaman tangan yang detail, hingga ukiran kayu dan perak buatan pengrajin lokal—semua itu adalah identitas yang kini justru dicari dunia. Apalagi tren belanja global makin geser ke produk handmade yang sustainable dan punya cerita di baliknya. Bukan sekadar barang, tapi ada sentuhan manusia dan nilai budaya yang ikut dikemas.

Asosiasi pun nggak tinggal diam. Mereka lagi gencar bikin pelatihan, mulai dari cara nge-boost kualitas produksi, packaging biar lebih modern, sampai strategi marketing digital lewat e-commerce. Intinya, produk Aceh harus siap bersaing bukan cuma di etalase lokal, tapi juga di rak-rak marketplace internasional.

Dewi juga nyebut kalau dukungan pemerintah daerah, kementerian, sampai mitra global bakal jadi kunci. Rencananya, produk UMKM Aceh bakal dibawa ke berbagai pameran dunia. Jadi jangan heran kalau dalam waktu dekat, songket Aceh bisa mejeng bareng brand fashion besar di event internasional.

“Pasar ekspor paling potensial ya tetangga dekat dulu, kayak Malaysia, Brunei, sama negara ASEAN. Tapi Timur Tengah juga punya demand tinggi karena mereka suka produk bernuansa Islami. Di situ lah Aceh bisa masuk,” kata Dewi.

Misi besarnya jelas: bikin UMKM kerajinan Aceh jadi motor penggerak ekonomi kreatif. Bukan cuma soal cuan buat pengrajin, tapi juga soal diplomasi budaya. Lewat sehelai songket atau souvenir khas, Aceh bisa ngenalin identitasnya ke dunia.

Kalau langkah ini konsisten, bukan nggak mungkin label “Made in Aceh” suatu hari nanti bakal punya gengsi yang sama kayak brand internasional. Bedanya, produk Aceh datang dengan cerita, budaya, dan kearifan lokal yang bikin tiap helainya punya nyawa.[*]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close