Kesehatan

Upaya Pencegahan Stunting di Aceh Tamiang: dari Pelatihan Konseling hingga Makanan Tambahan Kelor

×

Upaya Pencegahan Stunting di Aceh Tamiang: dari Pelatihan Konseling hingga Makanan Tambahan Kelor

Sebarkan artikel ini

Habanusantara.net– Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Aceh Tamiang terus melakukan berbagai langkah inovatif untuk menekan angka stunting, termasuk pemberian makanan tambahan berbahan daun kelor dan pelatihan konseling bagi tenaga kesehatan.

Apa Itu Stunting, Penyebab, dan Ciri-Cirinya?

Stunting, sebuah kondisi kekurangan gizi kronis yang menyebabkan anak-anak memiliki tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya, masih menjadi isu kesehatan penting di Indonesia, termasuk di Kabupaten Aceh Tamiang

Menurut Subkoordinator Kesehatan, Wan Inda Kumala, SKM, S.Gz, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang diakibatkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, terutama selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

“Stunting bukan hanya tentang tinggi badan anak yang di bawah standar, tetapi juga meliputi perkembangan kognitif dan kesehatan yang bisa terganggu secara signifikan,” jelas Wan Inda.

Penyebab utama stunting seringkali berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi sejak dalam kandungan, infeksi berulang pada bayi, serta sanitasi dan akses air bersih yang kurang memadai.

Wan Inda menjelaskan bahwa stunting dapat dikenali melalui beberapa ciri, seperti pertumbuhan yang lebih lambat dibanding anak-anak seusianya, wajah yang tampak lebih muda dari usia sebenarnya, dan anak seringkali mudah lelah.

“Kekurangan asupan gizi, terutama selama kehamilan dan masa balita, serta faktor kebersihan lingkungan yang kurang, menjadi penyebab utama stunting. Oleh karena itu, pencegahan stunting perlu melibatkan berbagai aspek mulai dari pemberian gizi, edukasi kesehatan, hingga dukungan lingkungan yang sehat,” ungkap Wan Inda.

Upaya Dinas Kesehatan Aceh Tamiang untuk Atasi Stunting

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang telah merancang berbagai program untuk menekan angka stunting yang saat ini tercatat sebanyak 844 kasus atau sekitar 4% dari total populasi anak di Aceh Tamiang.

Di antaranya adalah pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang diperuntukkan bagi tenaga kesehatan.

Selain itu, pelatihan konselor menyusui juga dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam memberikan bimbingan yang tepat kepada ibu-ibu di Aceh Tamiang agar anak mereka mendapatkan asupan gizi optimal.

“Program pelatihan konselor menyusui ini telah dilakukan dalam lima angkatan dan didanai oleh Dinas Kesehatan serta pemerintah daerah. Dengan demikian, tenaga kesehatan dapat membantu para ibu memberikan ASI dan makanan tambahan yang sesuai untuk perkembangan anak,” tambah Wan Inda.

Daun Kelor dan Program “Kanji Rambutan”

Tak hanya berfokus pada pelatihan, Dinas Kesehatan juga menggagas berbagai inovasi berbasis pangan lokal untuk mendukung pencegahan stunting. Salah satu yang menarik perhatian adalah penggunaan daun kelor sebagai makanan tambahan di posyandu dan rumah gizi gampong.

Daun kelor ini diolah menjadi berbagai makanan bergizi seperti susu, biskuit, dan coklat, serta diberikan kepada balita dan ibu hamil. Program ini diyakini dapat memberikan asupan protein dan vitamin yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak.

Selain itu, terdapat juga program “Kanji Rambutan” di Kecamatan Kejuruan Muda, yang bertujuan menurunkan angka stunting melalui pendekatan kuliner lokal. Program ini memberikan alternatif asupan makanan yang tidak hanya bernilai gizi tinggi tetapi juga diterima baik oleh masyarakat karena menggunakan bahan yang akrab di lingkungan mereka.

Kendala utama yang dihadapi dalam upaya menurunkan angka stunting di Aceh Tamiang adalah masih kurangnya pemahaman masyarakat terkait stunting. Bahkan, beberapa ibu merasa tersinggung ketika anak mereka dikatakan mengalami stunting.

Untuk itu, Dinas Kesehatan bersama Puskesmas setempat terus aktif mengedukasi masyarakat melalui penyuluhan dan kunjungan rumah, meski tantangan ini tidak sepenuhnya hilang.

Wan Inda Kumala menekankan bahwa kerja sama seluruh lapisan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan program ini. “Masyarakat perlu memahami bahwa stunting bisa dicegah dengan memperhatikan asupan gizi anak sejak dini dan menjaga kebersihan lingkungan. Kami berharap berbagai program dan inovasi yang ada dapat membantu menurunkan angka stunting di Aceh Tamiang, demi masa depan generasi yang lebih sehat dan cerdas,” tutupnya.

Cara Pencegahan Stunting yang Bisa Dilakukan Keluarga

Dinkes Aceh Tamiang menyarankan langkah pencegahan stunting yang bisa dilakukan oleh keluarga, di antaranya:

  1. Pemberian ASI eksklusif hingga usia enam bulan dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang sehat dan seimbang mulai usia 6-24 bulan.
  2. Pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin di posyandu untuk mendeteksi gangguan tumbuh kembang sejak dini.
  3. Mengonsumsi pangan lokal tinggi protein seperti ikan, telur, dan daun kelor, yang dapat mendukung perkembangan anak secara optimal.
  4. Memastikan sanitasi dan kebersihan lingkungan yang baik agar anak terhindar dari penyakit yang dapat mengganggu penyerapan gizi.

Dengan langkah-langkah dan inovasi ini, Dinas Kesehatan Aceh Tamiang terus berupaya untuk menekan angka stunting demi kesejahteraan anak-anak di masa depan. Melalui program dan pendekatan berbasis masyarakat, diharapkan masalah stunting dapat ditekan secara signifikan di wilayah Aceh Tamiang.[***]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
Headline

Habanusantara.net – Indonesia kembali mencatat 72 kasus terbaru Covid-19 yang tersebar di berbagai wilayah. Virus tersebut disebut kembali menunjukkan tren peningkatan sejak Januari hingga awal Juni 2025. Pemerintah Indonesia melalui…

Kesehatan

Habanusantara.net | Posyandu, singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu, merupakan layanan kesehatan yang diselenggarakan di tingkat desa untuk memfasilitasi kebutuhan kesehatan masyarakat, terutama ibu, balita, lansia, dan warga yang rentan. Posyandu…

close