ADVERTORIALWisata

Upacara Seumuleueng dan Daya Tarik Wisata ke Po Meureuhom Daya

×

Upacara Seumuleueng dan Daya Tarik Wisata ke Po Meureuhom Daya

Sebarkan artikel ini
Foto: Wisatawan Mengunjungi Komplek Makam Po Teumeuruhom(Foto:Ist)

Seumuleueng telah menjadi daya tarik yang signifikan bagi masyarakat lokal dan juga para wisatawan yang ingin merasakan kekayaan budaya Aceh.

Habanusantara.net, Jika Anda ingin mejejaki wisata ke wilayah pantai bagian barat provinsi Aceh tidak salah berhenti sejenak di Lamno, kabupaten Aceh Jaya. Disana ada komplek Makam ulama di Aceh Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah juga dikenal dengan sebutan Po Teumeureuhom

Bagi masyarakat Aceh Po Teumereuhom dikenal seorang ulama yang kental dengan adat istiadat, jika di Banda Aceh terdapat makam Syiah Kuala yang merupakan makam ulama penegak hukum dan sering dikunjungi oleh masyarakat, di Aceh Jaya juga terdapat makam Poe Teumeureuhom yang terkenal sebagai pembawa adat di daerah Aceh sehingga ada istilah yang disebut sebagai “adat bak poe teumeureuhom hukom bak syiah kuala’’. Kedua ulama ini sangat terkenal di Aceh dan banyak memberi pengaruh untuk masyarakat Aceh.

Lokasi makam Poe Teumeureuhom ini terletak di Gampong Gle Jong, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya yang berada tidak terlalu jauh dari tempat wisata puncak Geurutee, lokasi makam Po Teumeureuhom ini berada tepat di dihadapan laut lepas. Perjalananan menuju makam Po Teumeureuhom ini sangat mudah diakses walaupun berjarak agak jauh dari jalan raya dan berada di paling ujung perbatasan kampung. Tepatnya di atas puncak bukit Gle Jong yang harus dinaiki menggunakan anak tangga sebanyak 99 tangga , area Po Teumeureuhom ini sangatlah luas dan sejuk.

Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah yang merupakan raja di kerajaan Lamno yang telah memimpin sejak tahun 1489 Masehi. Poete merupakan bahasa Aceh yang artinya tuan kita atau raja kita sedangkan meureuhom adalah orang yang sudah almarhum

Po Teumeureuhom dianggap telah memberikan kesejahteraan bagi rakyat Aceh terutama bagi masyarakat Lamno dulu baik itu di bidang politik, sosial, budaya dan agama sehingga banyak masyarakat berkunjung kesini.

Menurut salah satu penduduk Gampong tersebut dan juga telah berjualan di area tersebut sejak lama, Nasrullah mengatakan bahwa pengunjung yang datang ke daerah ini berasal dari berbagai daerah, bahkan biasanya mereka datang dengan bermacam tujuan, ada yang hendak melepaskan hajat, ada yang datang untuk meminta doa dengan berkah dari ulama yang merupakan orang yang dimuliakan Allah, doa tersebut berharap dikabulkan.

Namun ada satu hal yang tidak diperbolehkan bagi masyarakat umum yaitu tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar pada area makam Po Teumeureuhom tersebut.

Po Teumeureuhom juga terkenal dengan karomahnya sehingga pengunjung dapat meminum atau mencuci muka dengan air yang disediakan di area Po Teumeureuhom tersebut. Hal ini hampir sama dengan cara berziarah ke makam ulama yang ada di seluruh Aceh, seperti makam Syiah Kuala yang berada di Banda Aceh, hal ini dikarenakan masyarakat Aceh masih menganggap kemulian dari raja-raja atau ulama-ulama yang ada di Aceh yang telah banyak memberi ilmu terutama ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat Aceh.

Selain itu, saat terjadi Tsunami pada 24 Desember 2004 di Aceh yang membuat seluruh sebagian rakyat rumah dan harta rusak dan hilang, namun makam Po Teumeureuhom ini tidak juga tidak terkena Tsunami hal ini sama seperti kejadian di makam ulama Syiah Kuala yang tidak hancur oleh air bah padahal letaknya berdekatan dengan bibir pantai bahkan yang hanya berjarak puluhan meter, inilah keajaiban dari makam Ulama yang ada di Aceh.

Menurut salah satu pengunjung yang datang berkunjung ke tempat tersebut, ia datang lantaran hendak melepas hajat karena sebelumnya ia pernah datang ke makam ini sebelum dia menyelesaikan kuliahnya dan berjanji akan datang lagi setelahnya.

“kemarin saya sempat datang ketempat ini dan berdoa disini berharap Allah mudahkan jalan saya untuk menyelesaikan skripsi saya dan alhamdulillah saya datang lagi kesini dengan teman-teman saya,”kata Mursalim

Menariknya, Setiap Hari Raya Idul Adha Warga setempat menggelar sebuah upacara penghormtan dan memperingati seorang tokoh bersejarah, yang disebut Seumuleueng. ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi masyarakat Kecamatan Jaya. Setiap tahun, ribuan orang dari dalam dan luar kecamatan berkumpul di kompleks makam Po Teumeureuhom untuk menjadi bagian dari pengalaman budaya yang unik ini.

Upacara Seumuleueng tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga memperkaya khazanah budaya Aceh. Salah satu aspek yang membuat upacara ini begitu istimewa adalah sajian makanan adat yang disiapkan dengan penuh kecermatan dan kekhususan. Di antara makanan-makanan yang disajikan adalah Bu Yapan, Kuah Rayeuk, Takeeh U, Kuah Pengat, dan berbagai lauk-pauk tradisional lainnya. Namun, ada sebuah mitos yang melingkupi Kuah Rayeuk; konon, jika dimasak di tempat lain selain Gampong Meunasah Rayeuk, akan mendatangkan musibah. Oleh karena itu, masyarakat setempat memastikan bahwa kuah ini selalu dimasak di tempat yang ditetapkan, menjadikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ritual Seumuleueng.

Upacara ini berlangsung di Balairung atau Askara, sebuah bangunan yang dibangun dengan kokoh di kaki gunung, tidak begitu jauh dari kompleks makam Po Teumeureuhom. Pada hari yang ditunggu-tunggu, keturunan Po Teumeureuhom berkumpul di Balairung dengan mengenakan pakaian adat kebesaran, yang didominasi oleh warna hitam. Tengkuluk dan kain selempang yang panjang menjadi bagian tak terpisahkan dari penampilan mereka, bersama dengan sebilah pedang sebagai tanda kebesaran. Bagi mereka yang berhasil mendapatkan Nasi Yapan, suatu keberuntungan besar dirasakan, sementara yang tidak, merasa kecewa. Nasi Yapan adalah nasi yang dipercaya memiliki berkah, dapat membawa perlindungan dari gangguan makhluk halus dan penyakit, sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat.

Upacara Seumuleueng tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga menjadi kesempatan untuk memelihara dan memperkuat hubungan sosial antarwarga serta mempererat ikatan budaya mereka. Ini juga menjadi peluang bagi wisatawan untuk merasakan keindahan budaya dan tradisi Aceh yang kaya dan beragam.

Dengan begitu banyaknya aspek budaya, sejarah, dan spiritualitas yang terkandung dalam upacara Seumuleueng, tidak heran bahwa upacara ini telah menjadi daya tarik yang signifikan bagi masyarakat lokal dan juga para wisatawan yang ingin merasakan kekayaan budaya Aceh. Dengan menjaga dan memelihara tradisi ini, kita tidak hanya menghormati leluhur kita, tetapi juga menyampaikan pesan tentang pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang.[Adv]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close