Untuk batas waktu pengasuhan, Fuadi menjelaskan, pihaknya akan menyesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan klien. “Untuk tempo pengasuhan kita tidak bisa pukul rata karena sangat tergantung dari kecatatan dari mereka,” katanya.
Suryadin, salah seorang anak cacat netra mengatakan, selama dirinya dibina di panti bersama anak-anak lainnya, setiap hari mereka dilatih berbagai keterampilan seperti merajut kawat bronjong, anyaman rotan, massage (menjahit) dan kelas musik. Selain itu mereka juga belajar menulis dan membaca huruf braile. Inilah yang diajarkan oleh pihak instruktur kami di sini.
“Kami merasa sangat senang, karena ini akan menjadi beka bagi kami setelah kami tidak lagi di panti dan di kembalikan ke masyarakat nanti,” katanya.



















