Headline

Warga Non-Muslim di Banda Aceh juga Buru Takjil Ramadan

×

Warga Non-Muslim di Banda Aceh juga Buru Takjil Ramadan

Sebarkan artikel ini

Habanusantara.net – Di tengah hiruk pikuk pasar takjil yang tersebar di berbagai sudut Banda Aceh, suasana yang biasanya identik dengan umat Muslim yang berburu makanan untuk berbuka puasa, kini juga turut meramaikan oleh warga non-Muslim.

Pasar takjil yang berlokasi di 25 titik di Banda Aceh tidak hanya menjadi daya tarik bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa, namun juga bagi masyarakat non-Muslim yang ingin merasakan semangat Ramadan.

Di pasar takjil yang terletak di jalan Tgk Dibaroh dan jalan Garuda, suasana sore hari begitu ramai. Di tengah jalan yang dihiasi dengan aneka kuliner tradisional, warga non-Muslim turut mengambil bagian dalam tradisi berburu takjil.

Meskipun mereka tidak menjalankan ibadah puasa, antusiasme mereka untuk menikmati kuliner khas Ramadan tetap terasa.

Salah satu warga non-Muslim yang turut meramaikan pasar takjil adalah Aurelia, seorang gadis muda yang sudah beberapa tahun terakhir menjadikan kegiatan berburu takjil sebagai bagian dari rutinitas Ramadan-nya.

Setiap sore selama bulan puasa, Aurelia tak pernah absen untuk mencari takjil, bergabung dengan keramaian yang ada. Menurutnya, kegiatan tersebut memberi pengalaman tersendiri dan kesempatan untuk merasakan kebersamaan dalam semangat Ramadan.

“Seru ramai-ramai, banyak kuliner yang kadang tidak ditemukan di tempat lain ada di sini,” ujar Aurelia saat ditemui di pasar takjil.

“Saya sering datang untuk mencoba berbagai macam makanan yang dijajakan di sini. Ada Mie Sop dan Martabak yang menjadi favorit saya,” tambahnya.

Bagi Aurelia, berburu takjil bukan hanya sekedar hobi, tetapi juga menjadi cara untuk merasakan semangat kebersamaan di tengah bulan suci Ramadan.

Walaupun ia bukan seorang Muslim, Aurelia merasa tidak ada masalah berbaur dengan masyarakat yang tengah menjalankan ibadah puasa. “Biasa aja, kan kita juga berbaur,” ucapnya dengan senyum.

Kuliner takjil yang dijajakan di pasar-pasar ini memang menawarkan beragam pilihan. Mulai dari camilan ringan seperti kurma, martabak, hingga makanan berat seperti Mie Sop yang sudah menjadi favorit banyak orang.

Keberagaman pilihan ini menarik minat masyarakat dari berbagai latar belakang. Para pedagang UMKM yang berjualan di pasar takjil pun menyambut baik keberagaman pengunjung yang datang.

Tidak hanya Aurelia, beberapa warga non-Muslim lainnya juga terlihat membeli takjil yang dijual di sepanjang pasar tersebut.

Di tengah suasana bulan Ramadan yang penuh kedamaian, pasar takjil menjadi simbol penghargaan terhadap keragaman dan saling menghormati antar sesama. Bagi mereka, ini bukan sekadar soal berburu makanan lezat, tetapi juga tentang merayakan kebersamaan tanpa memandang latar belakang agama.

Seiring dengan semakin berkembangnya tren kuliner di Banda Aceh, keberadaan pasar takjil ini semakin menarik perhatian wisatawan lokal maupun luar daerah.

Para pedagang pun merasakan dampak positif dari semakin ramainya pengunjung yang datang, termasuk dari kalangan non-Muslim. Mereka tidak hanya membeli takjil untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga atau teman-teman mereka yang sedang berpuasa.

Bagi warga Banda Aceh, bulan Ramadan selalu menjadi waktu yang penuh makna. Tidak hanya untuk umat Muslim, tetapi juga untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin berbagi semangat kebersamaan. Terlebih dengan adanya tradisi berburu takjil yang kini menjadi bagian dari kegiatan sosial yang menyatukan berbagai kalangan.

Aurelia, seperti banyak warga non-Muslim lainnya, merasa bahwa tradisi ini menjadi momentum untuk saling menghargai satu sama lain. Meskipun bulan Ramadan adalah waktu khusus bagi umat Muslim, namun kebersamaan dan penghargaan terhadap perbedaan menjadi nilai yang patut diapresiasi oleh semua kalangan. Keberagaman ini menjadi bagian dari budaya lokal yang mempererat hubungan antar masyarakat di Banda Aceh.

Kehadiran warga non-Muslim yang turut berburu takjil di pasar-pasar Ramadan Banda Aceh menandakan bahwa meskipun perbedaan agama ada, semangat kebersamaan dan saling menghormati tetap dapat terjaga. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keragaman budaya dan agama, kita bisa tetap hidup berdampingan dengan penuh rasa saling menghargai.

Pasar takjil selama Ramadhan, baik umat Muslim maupun non-Muslim di Banda Aceh dapat merasakan kedamaian dan kebersamaan yang khas di bulan suci Ramadan. Pasar takjil bukan hanya soal berbuka puasa, tetapi juga soal merayakan hidup dalam keragaman dan saling menghormati.[]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close