Wisata

Mengungkap Potensi Kuliner Mangrove di Langsa: Sirup dan Selai yang Menjadi Andalan Wisatawan

×

Mengungkap Potensi Kuliner Mangrove di Langsa: Sirup dan Selai yang Menjadi Andalan Wisatawan

Sebarkan artikel ini

Habanusantara.net, sebuah kota yang dikenal dengan keindahan pesisirnya, tidak hanya menawarkan wisata alam yang memukau, tetapi juga kekayaan kuliner yang terinspirasi dari alam sekitar.

Salah satu produk kuliner khas yang kini menjadi perhatian banyak wisatawan adalah Sirup Mangrove, sebuah minuman segar yang terbuat dari buah Berembang, salah satu jenis buah mangrove. Dikenal dengan rasa manis dan asam, sirup ini menjadi salah satu oleh-oleh favorit yang menggugah selera dan memberikan sensasi rasa yang berbeda bagi siapa saja yang mencobanya.

Sirup Mangrove ini pertama kali diperkenalkan oleh Halimah Azmi, seorang pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang sejak 2017 telah mengolah buah mangrove menjadi produk kreatif yang bernilai jual tinggi.

Halimah, yang tinggal di kawasan pesisir Kuala Langsa, mengungkapkan bahwa ide untuk membuat sirup mangrove muncul dari keprihatinannya terhadap lingkungan sekitar. “Di sekitar rumah saya banyak sekali pohon mangrove, saya berpikir bagaimana cara memanfaatkannya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis,” kata Halimah.

Setelah mengikuti pelatihan dari PKK setempat, Halimah akhirnya memulai usaha pembuatan Sirup Mangrove dengan modal awal yang cukup terbatas.

Proses pembuatan sirup ini tidaklah sederhana. Dalam setiap botol sirup, terkandung sari buah mangrove yang diolah dengan bahan-bahan alami lainnya, termasuk bunga Rosella yang memberikan sentuhan asam segar.

Proses pembuatan membutuhkan waktu dua hingga tiga hari, namun Halimah sangat meyakini bahwa produk ini memiliki khasiat yang baik bagi tubuh, terutama untuk menjaga kesehatan tubuh dan meningkatkan daya tahan.

Saat ini, harga Sirup Mangrove yang dijual Halimah di pasaran adalah sekitar Rp 15 ribu per botol, dan meskipun permintaannya tinggi, ia merasa belum bisa memenuhi semua pesanan.

Menurut Halimah, selain Sirup Mangrove, produk olahan mangrove yang ia ciptakan juga meliputi dodol, selai, dan keripik mangrove. Produk-produk ini dibuat dari buah Beureumbang, jenis buah mangrove yang terkenal di kawasan pesisir Langsa.

“Buah Beureumbang yang saya gunakan selalu saya beli dari masyarakat setempat, ini juga membantu perekonomian mereka,” ungkapnya.

Proses pembuatan selai mangrove, misalnya, melibatkan pengolahan buah yang dibersihkan dan diblender untuk mendapatkan sari buah yang kaya akan manfaat. Setelah itu, campuran gula, santan, dan bahan lainnya ditambahkan untuk menciptakan cita rasa manis dan gurih yang khas.

Keunikan rasa yang ditawarkan oleh produk mangrove ini adalah daya tarik utama bagi para wisatawan yang berkunjung ke Langsa. Cita rasa yang manis seperti kurma dengan sentuhan asam di ujung lidah memberikan pengalaman kuliner yang berbeda.

Sukma, salah seorang warga Langsa yang menjadi penggemar produk Halimah, menyatakan bahwa keluarganya sangat menyukai dodol dan sirup mangrove. “Bahkan keluarga saya yang tinggal di luar daerah seperti Aceh Timur dan Sumatera Utara sering meminta saya untuk mengirimkan produk-produk mangrove ini,” kata Sukma.

Selain kelezatannya, produk mangrove ini juga mendukung ekonomi lokal. Dengan meningkatnya permintaan, masyarakat di sekitar Langsa pun semakin terlibat dalam pemanenan buah Beureumbang dan penanaman mangrove yang semakin meluas.

“Produk mangrove ini bukan hanya menarik bagi wisatawan, tetapi juga memberi dampak positif pada ekonomi masyarakat sekitar,” tambah Halimah.

Selain itu, dengan semakin populernya produk ini, masyarakat setempat menjadi semakin peduli terhadap pentingnya kelestarian hutan mangrove yang berada di sepanjang pesisir Langsa.

Salah satu keuntungan lain yang didapatkan dari produk kuliner berbahan dasar mangrove adalah keberlanjutan dan keberagaman produk yang dapat dihasilkan.

Tidak hanya sirup, tetapi selai mangrove, dodol, dan keripik mangrove juga menjadi produk unggulan yang bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Halimah berharap produk-produk ini dapat dikenal lebih luas dan menjadi salah satu oleh-oleh khas Langsa yang diminati wisatawan baik dari dalam maupun luar Aceh.

Langsa kini semakin dikenal sebagai kota yang tidak hanya menawarkan wisata alam pesisir, tetapi juga produk kuliner unik yang berbahan dasar mangrove.

Sirup Mangrove dan produk olahan lainnya menjadi pilihan menarik bagi wisatawan yang ingin membawa pulang oleh-oleh yang tidak hanya lezat, tetapi juga mencerminkan kekayaan alam Langsa. Dengan terus menjaga kelestarian hutan mangrove, Langsa berpotensi menjadi pusat pengembangan kuliner berbahan dasar mangrove yang berkelanjutan, dan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.***

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
Wisata

  Habanusantara.net – Wisatawan yang berencana mengunjungi Sabang dalam waktu dekat tampaknya harus menghapus salah satu destinasi unggulan dari daftar kunjungan mereka. Tugu Kilometer Nol Sabang –ikon geografis dan pariwisata…

Wisata

Habanusantara.net – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh secara resmi menutup sementara akses kunjungan ke kawasan Tugu Kilometer Nol, ikon pariwisata nasional yang terletak di Taman Wisata Alam Pulau…

close