Habanusantara.net, Gajah Teater, sebuah nama yang sangat familiar di kalangan warga Kota Langsa, kini hanya tinggal kenangan.
Sebelumnya, bioskop legendaris ini menjadi tempat berkumpulnya warga untuk menikmati film-film klasik, termasuk peristiwa bersejarah seperti pemutaran film G30S/PKI di tahun 1980-an.
Kini, bangunan yang pernah megah ini telah bertransformasi menjadi sebuah warung kopi yang tetap memelihara sejarah masa lalu.
Bioskop Gajah Teater yang terletak di Jalan Ahmad Yani, tepatnya di samping Kantor Imigrasi Kota Langsa, memiliki cerita panjang di hati warga setempat.
Sejak berdirinya, Gajah Teater adalah salah satu dari beberapa bioskop yang menjadi tempat hiburan utama di kota ini pada era 80-an hingga 90-an. Menurut Arif, salah seorang warga Langsa, Gajah Teater memiliki pesona tersendiri yang membuatnya tetap dikenang meski kini hanya berdiri sebagai gedung tua.
“Sekarang, orang sering bertanya-tanya, kapan ya Gajah Teater berfungsi sesuai namanya?” ujarnya dengan senyum.
Sebagai salah satu saksi sejarah, Arif menyatakan bahwa Gedung Gajah Teater bukan hanya sekadar tempat untuk menonton film, tetapi juga sebagai simbol kebudayaan kota.
“Banyak cerita yang saya dengar, termasuk fakta bahwa film G30S/PKI pertama kali diputar di sini,” tambahnya.
Hal ini menunjukkan bahwa Gajah Teater telah menjadi bagian dari perjalanan sejarah bangsa, yang melegenda dalam ingatan warga Langsa.
Bachtiar, seorang warga lainnya yang lebih tua, menceritakan bagaimana suasana kota Langsa pada masa kejayaan bioskop tersebut.
“Dulu, ada empat bioskop terkenal di Langsa. Selain Gajah Teater, ada juga Bioskop Melati di Simpang Melati, Bioskop Rencong di sekitar Tugu Langsa, dan Bioskop Cakra Donya,” kenangnya.
Namun, Gajah Teater lah yang paling terkenal dan selalu ramai dengan penonton. “Saat itu, fasilitasnya lengkap dan tiket masuknya hanya sekitar Rp 250 atau sekitar Rp 25.000 hingga Rp 35.000 per orang,” jelas Bachtiar.
Menurutnya, Bioskop Gajah adalah tempat yang sangat ditunggu-tunggu setiap harinya karena selalu ada jadwal tayang film-film baru yang menarik.
Namun, perubahan zaman membawa nasib yang berbeda untuk Gajah Teater. Seiring waktu, bioskop tersebut mulai ditinggalkan seiring berkembangnya teknologi dan hiburan lainnya. Kini, bangunan tersebut telah direnovasi dan diubah menjadi sebuah warung kopi yang diberi nama “Gajah Kupi”.
Meskipun demikian, jejak masa lalu tetap terasa di setiap sudut gedung tersebut.
Nama “Gajah” yang terpampang di bagian depan bangunan dengan aksen merah tetap menggugah ingatan akan masa kejayaannya sebagai bioskop legendaris.
Gilang, salah seorang pengunjung Gajah Kupi, mengungkapkan rasa nostalgia ketika berbicara tentang gedung ini.
“Saya datang ke sini bukan hanya untuk menikmati kopi, tetapi juga karena kenangan masa lalu. Dulu, saya sering menonton film di Gajah Teater, termasuk film G30S/PKI yang diputar di sini,” kenangnya dengan penuh semangat.
Tak hanya menyajikan kopi, Gajah Kupi juga menjadi tempat pertemuan yang populer di kalangan masyarakat Langsa.
Terlebih, di warung kopi ini, pengunjung sering berkumpul untuk menonton pertandingan sepak bola bersama, sebuah tradisi yang masih terus berlangsung hingga kini.
“Kalau ada nonton bareng, tempat ini pasti penuh. Orang Langsa suka berkumpul di sini karena selain kopinya enak, tempat ini juga nyaman dan luas,” tambah Gilang.
Pernah menjadi tempat hiburan terbesar di Langsa, Gajah Teater kini bertransformasi menjadi tempat yang lebih santai namun tetap sarat akan sejarah. Gedung ini tidak hanya menyajikan kenangan bagi mereka yang pernah merasakan atmosfer bioskop di masa lalu, tetapi juga menjadi ruang bagi generasi muda yang ingin merasakan sejarah tersebut.
Sejumlah warga seperti Gilang mengungkapkan rasa syukurnya atas keberadaan warung kopi ini, “Bersyukur gedung ini masih berdiri kokoh dan tetap terawat. Ini adalah bagian dari sejarah kami di Langsa.”
Gajah Kupi kini tak hanya menjadi tempat ngopi, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Kota Langsa. Seiring berjalannya waktu, meskipun fungsi awalnya telah berubah, keberadaan gedung ini tetap memiliki makna yang dalam bagi masyarakat setempat.
“Semoga gedung ini tetap terawat dan tidak hanya jadi kenangan, tetapi juga terus membawa manfaat bagi generasi mendatang,” pungkas Gilang dengan harapan.
Warung kopi ini, meski sederhana, mampu menjaga kehangatan masa lalu sambil melangkah ke masa depan. Bagi banyak orang di Kota Langsa, Gajah Kupi bukan sekadar tempat ngopi, melainkan tempat yang menghidupkan kembali kenangan indah masa lalu yang tak tergantikan.***