Nasional

Cerita Haru Sintia, Jamaah Haji yang Dampingi Ibunda ke Tanah Suci

×

Cerita Haru Sintia, Jamaah Haji yang Dampingi Ibunda ke Tanah Suci

Sebarkan artikel ini
Cerita Haru Sintia, Jamaah Haji yang Dampingi Ibunda ke Tanah Suci. Foto: Dok. Kemenag

Habanusantara.net – Wilayah Raudhah, Makkah, tampak seperti biasa. Jamaah haji lalu-lalang usai menempuh perjalanan jauh dari Jeddah.

Namun di salah satu sudut, tampak dua orang wanita sedang duduk berdampingan, menyiratkan kehangatan dan keikhlasan yang begitu dalam.

Wamer Sintia, 25 tahun, jamaah asal Pasaman Barat, Sumatra Barat, tersenyum lembut sambil menggenggam tangan ibunya, Meri Kartika (49).

Senyum itu tak sepenuhnya cerah, sebab di balik kebahagiaan mereka menapakkan kaki di Tanah Suci, tersimpan luka yang belum pulih sepenuhnya.

Tahun ini, seharusnya sang suami yang mendampingi Meri menunaikan ibadah haji, yang tak lain adalah ayah dari Sintia.

“Pada 2012, ayah dan ibu daftar haji bareng. Rencananya pasti bisa berangkat bersama tahun ini. Namun takdir Allah berkata lain, karena sakit, ayah meninggal dunia pada tahun 2024 lalu,” ungkap Sintia sambil menahan air mata.

Takdir berkata lain. Kepergian ayahnya membawa babak baru dalam kehidupan Sintia yang sebelumnya tidak pernah ia sangka.

Sebagai anak sulung, ia menggantikan sang ayah lewat sistem pelimpahan porsi. Sesuatu yang tak pernah ia rencanakan, namun dijalani dengan sepenuh hati.

“Rasanya senang dan sama sekali tidak menyangka sebelumnya, bisa mendampingi Mama. Tapi sebenarnya sedih juga, karena seharusnya yang berangkat adalah papa, yang udah wafat duluan,” ucapnya lirih.

Meski hatinya masih berbalut duka, Sintia memilih menguatkan diri. Ia mengikuti bimbingan kloter sesuai arahan, menjalani setiap rangkaian ibadah dengan penuh keikhlasan.

Lulusan Fakultas Kedokteran dari salah satu universitas di Padang ini membawa serta doa-doa terbaik ke tanah penuh berkah.

“Doa yang terbaik untuk Papa saya, semoga mendapatkan ampunan dari Allah SWT, tempat terbaik di sisi Allah SWT. Juga doa yang terbaik untuk keluarga,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu, sang ibu, Meri, tampak tegar meski jelas ada rindu mendalam pada suaminya yang tak lagi mendampingi.

“Doa terbaik untuk suami saya. Dan juga anak-anak saya semoga sukses dunia-akhirat,” ungkapnya.

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close