Habanusantara.net – Banjir yang menyapu Desa Manyang Cut, Kecamatan Meureudu, bukan hanya merendam rumah-rumah, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi warganya. Salah satunya Syarifah Nur Asiah, 71 tahun, yang harus menghadapi malam panjang terperangkap di rumahnya sendiri.
Malam itu, air datang perlahan. “Saya di dalam rumah, pintu tidak bisa terbuka. Air sudah penuh, aku terkurung sendirian,” ujar Syarifah, mengingat kembali ketakutan yang hampir merenggut nyawanya. Suara permintaan tolongnya bergema di antara gelombang air, sementara tetangga berlari menyelamatkan diri.
Meski sendirian, Syarifah bertahan. Ia berhasil menjaga diri, berpegangan pada doa dan Al-Qur’an yang berhasil ia selamatkan dari rumah. “Alhamdulillah, masih ada umurku. Anak saya pun selamat,” katanya, Minggu (21/12/2025).
Rasa trauma pun masih membekas. Ia mengenang perahu karet yang membawanya dari arus deras. Dua kali ia hampir hanyut, diterjang gulungan air seperti tsunami. Anaknya tidak diketahuinya keberadaannya saat itu. Rasa takut membuatnya memilih tinggal di pengungsian.
“Di sini ramai, kita cerita-cerita. Bisa tidur, obat dan makanan tercukupi. Kalau di rumah, takut dan trauma,” ujarnya.
Syarifah pun mengungkapkan kesulitan setelah kembali ke rumahnya yang terendam lumpur. Pintu rumah tidak bisa dibuka, lantai rumah penuh tanah hingga hampir mencapai atap. “Untuk pembersihan, ada yang minta 12 juta. Yang baru dibereskan di dalam, ya itu saja,” ujarnya dengan suara pelan.
Meski malam mencekam hampir merenggut nyawanya, ia masih bersyukur bisa bertahan.
“Alhamdulillah, masih ada umurku,” tutup Syarifah, dengan mata yang berkaca-kaca, namun penuh rasa syukur dan harapan.[Fira]
