Habanusantara.net, Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) Lhokseumawe, Aceh, menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan yang melibatkan seorang oknum TNI AL terhadap sales mobil asal Krueng Geukuh, Aceh Utara, yang dikenal dengan nama panggilan Imam.
Rekonstruksi yang dilaksanakan pada Rabu, 26 April 2025, menghadirkan pelaku, seorang Kelasi Dua berinisial DI yang selama dua tahun terakhir berdinas di KAL Bireuen TNI AL Lhokseumawe.
Dalam rekonstruksi tersebut, pelaku DI memperagakan bagaimana dirinya membunuh korban, Hasfiani, yang merupakan sales mobil, di dalam mobil yang akan dibeli oleh pelaku.
Sebelumnya, diberitakan bahwa mobil tersebut berjenis Toyota Innova warna hitam, namun dalam rekonstruksi kali ini, mobil yang terlibat adalah Toyota Etios Valco berwarna putih.
Aksi pembunuhan tersebut terjadi pada 14 Maret 2025, di mana korban ditembak di pelipis kanan dan jasadnya dibuang di Gunung Sala, Kabupaten Aceh Utara.
Komandan Pomal Lhokseumawe, Mayor Laut (PM) A Napitupulu, menyampaikan bahwa senjata yang digunakan oleh pelaku adalah senjata rakitan yang dibeli langsung oleh DI dari Lampung.
“Itu senjata rakitan, dibeli sendiri di Lampung,” ungkap Mayor Napitupulu saat ditemui wartawan.
Namun, dia tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai jenis senjata rakitan yang digunakan atau bagaimana pelaku dapat menguasai senjata tersebut tanpa sepengetahuan komandannya.
Rekonstruksi tersebut dilakukan untuk memperjelas tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku. “Pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Sampai sekarang masih satu orang tersangka. Kita lihat lagi bagaimana perkembangan kasusnya,” tegas Mayor Napitupulu.
Kasus ini telah menarik perhatian masyarakat mengingat pelaku yang merupakan anggota TNI AL, yang seharusnya menjadi penjaga keamanan, justru terlibat dalam tindakan kriminal yang begitu brutal.
Sementara itu, adik sepupu korban, Mujiburrahman, usai menyaksikan rekonstruksi mengatakan pihaknya menemukan sejumlah kejanggalan dalam reka adegan tersebut lantaran senjata yang dibuang tersangka hingga kini belum didapatkan, begitupun dengan gawai milik korban.
“Sehingga dari itu menimbulkan pertanyaan bagi kami apakah ada motif lain atau memang ada aktor intelektual lagi di belakangnya,” kata Mujib, didampingi adik ipar korban, Safrul.
Mujib juga menyampaikan terima kasih kepada Komandan Lanal Lhokseumawe yang sudah transparan dalam mengungkap kasus tersebut. Namun sejauh ini, kata dia, Danlanal belum berjanji apa-apa terkait nasib anak korban.
“Kami berharap tersangka dihukum seberat-beratnya. Kemudian fakta diungkapkan harus benar dan jangan sampai tidak transparan,” tuturnya.[]