HeadlineInternasional

Dampak Gempa M 7,6 di Myanmar: BMKG Jelaskan Kenapa Indonesia Aman dari Getaran

×

Dampak Gempa M 7,6 di Myanmar: BMKG Jelaskan Kenapa Indonesia Aman dari Getaran

Sebarkan artikel ini
Tim penyelamat menyisir lokasi ambruknya gedung 30 lantai yang sedang dibangun di Bangkok, Thailand, menyusul gempa dahsyat yang berpusat di Myanmar. (Foto: AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA)
Tim penyelamat menyisir lokasi ambruknya gedung 30 lantai yang sedang dibangun di Bangkok, Thailand, menyusul gempa dahsyat yang berpusat di Myanmar. (Foto: AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA)

Habanusantara.net, Gempa bumi dengan kekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar pada Jumat, 28 Maret 2025, telah menyebabkan kerusakan hebat di berbagai wilayah, termasuk di Bangkok, Thailand, dan beberapa bagian Myanmar.

Meskipun getaran gempa tersebut terasa hingga ke negara tetangga, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia memastikan bahwa gempa ini tidak mempengaruhi kegempaan di wilayah Indonesia.

Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa meskipun gempa yang berpusat di Mandalay, Myanmar, terasa hingga ke Thailand, efek gempa tersebut tidak dirasakan di Indonesia.

“Gempabumi Myanmar M 7,6 ini tidak mempengaruhi kegempaan di Wilayah Indonesia,” ujar Daryono kepada wartawan, Jumat (28/3/2025).

Hal ini memberi kepastian bagi masyarakat Indonesia bahwa mereka tidak perlu khawatir akan dampak dari gempa tersebut.

Penting untuk dipahami bahwa gempa bumi yang terjadi di Myanmar merupakan jenis gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas Sesar Besar Sagaing, yang terletak di sepanjang batas lempeng tektonik.

Daryono menjelaskan lebih lanjut bahwa gempa ini memiliki mekanisme mendatar (strike-slip), yang mengakibatkan pergerakan horizontal antara dua lempeng tektonik.

Meskipun gempa tersebut memiliki kekuatan yang besar, dengan magnitudo M 7,6 dan kedalaman hanya 10 km, dampaknya lebih dirasakan di wilayah sekitar episenter, seperti Mandalay dan Bangkok.

Sementara itu, meskipun getaran gempa terasa jauh di luar pusatnya, seperti di Bangkok dan beberapa daerah di China, Indonesia tidak merasakan efek langsung dari gempa ini. Hal ini disebabkan oleh letak geografis Indonesia yang terpisah dari pusat gempa.

“Indonesia berada di wilayah yang tidak langsung terhubung dengan sesar yang menyebabkan gempa ini,” tambah Daryono.

Contoh serupa yang sering dijadikan referensi adalah gempa dahsyat yang terjadi pada tahun 1985 di Michoacan, Meksiko.

Meskipun pusat gempa berada jauh dari Meksiko City, kerusakan hebat tetap terjadi. Daryono menjelaskan bahwa meskipun jarak antara pusat gempa dan kota Meksiko sekitar 350 km, gempa tersebut menghasilkan kerusakan besar karena karakteristik tanah kota tersebut yang dibangun di atas lahan rawa yang direklamasi.

“Contoh serupa pada 1985, terjadi gempa dahsyat di subduksi Cocos M 8,1 di pantai Michoacan. Meski jarak pusat gempa ke Meksiko City sejauh 350 km, kerusakan hebat terjadi di Mexico City, sebagian besar 9.500 korban meninggal terjadi di Mexico City yang dibangun dari rawa yang direklamasi,” terang Daryono.

Di sisi lain, gempa yang terjadi di Myanmar ini mempengaruhi Bangkok, dengan sejumlah bangunan di ibu kota Thailand mengalami kerusakan. Daryono menjelaskan bahwa efek kerusakan tersebut disebabkan oleh fenomena yang disebut “direktivitas”. Efek ini terjadi ketika energi gempa terkonsentrasi dalam satu arah.

“Semakin tinggi direktivitas, semakin terkonsentrasi energi dalam satu arah, yang dapat memperburuk kerusakan pada bangunan,” tambahnya.

Oleh karena itu, meskipun jarak antara Myanmar dan Bangkok cukup jauh, getaran gempa tetap dapat dirasakan dan menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan, terutama di gedung-gedung pencakar langit yang lebih rentan terhadap guncangan gempa.

BMKG juga mencatat adanya tiga gempa susulan setelah gempa utama. Gempa susulan ini memiliki magnitudo terbesar M 6,6 dan terkecil M 4,6. Namun, Daryono menegaskan bahwa meskipun ada gempa susulan, Indonesia tetap aman dari dampak langsung gempa tersebut.

BMKG terus memantau situasi dan mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” jelas Daryono.

Gempa yang terjadi di Myanmar ini adalah pengingat pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana alam, terutama di wilayah-wilayah yang berada di jalur sesar aktif seperti Myanmar dan Thailand.

Namun, BMKG menekankan bahwa Indonesia tidak perlu khawatir akan dampak langsung dari gempa ini. Meskipun gempa ini cukup besar, kedalaman yang dangkal dan letak geografis Indonesia yang terpisah membuat negara ini aman dari getaran yang dapat menyebabkan kerusakan besar.

Sementara itu, BMKG terus mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi bencana lainnya dan mengikuti informasi serta arahan dari pihak berwenang.

Pemerintah Indonesia juga telah memastikan bahwa semua langkah-langkah pencegahan dan tanggap darurat akan segera diambil jika terjadi peristiwa bencana di wilayah Indonesia.[]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close