Habanusantara.net, Tikar pandan khas Langsa, sebuah kerajinan tangan yang sudah ada sejak zaman nenek moyang, terus dipertahankan dan dikembangkan oleh masyarakat Desa Cinta Raja.
Anyaman tikar ini bukan hanya sekadar produk tradisional, tetapi juga simbol kebanggaan budaya lokal yang kini semakin dilirik oleh masyarakat luas.
Dengan inovasi yang terus berkembang, produk anyaman ini tak hanya berbentuk tikar duduk, tetapi telah menjelma menjadi berbagai macam bentuk barang kreatif yang banyak diminati.
Jamaliah, salah satu pengrajin tikar pandan di Desa Cinta Raja, menceritakan bagaimana kerajinan ini menjadi bagian penting dalam kehidupannya dan masyarakat setempat.
“Anyaman tikar pandan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang, kalau sekarang sudah susah mencari anyaman ini,” kata Jamaliah.
Ia mengungkapkan bahwa kerajinan ini mulai dikenal lebih luas setelah Pemerintah Kota Langsa melalui Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) menggali potensi unggulan dari desa tersebut. Salah satunya adalah potensi kerajinan tangan seperti tikar pandan, yang sekarang berkembang menjadi berbagai produk kreatif seperti tas, tempat tisu, sajadah, bahkan sandal.
Karya anyaman tikar pandan tersebut semakin populer setelah perhatian datang dari berbagai pihak. Salah satu momen penting dalam perjalanan kerajinan ini adalah ketika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, berkunjung ke Desa Cinta Raja pada tahun 2022.
“Waktu itu Pak Sandi datang ke Cinta Raja, beli banyak juga, terus ini menjadi motivasi saya dan pengrajin lainnya untuk terus melestarikan Anyaman Tikar Pandan,” kata Jamaliah dengan bangga.
Perkembangan kerajinan ini juga tidak lepas dari usaha keras para pengrajin lokal, salah satunya Khairi, yang menganggap pekerjaan ini sebagai warisan budaya yang harus terus dijaga.
“Orang tua saya cerita ke saya, kalau ini peninggalan dari nenek moyang, kalau sampai punah dan tidak dilestarikan, nanti anak cucu kita akan bertanya dan kita tidak bisa menjelaskan,” ujarnya dengan penuh semangat.
Khairi menyadari pentingnya melestarikan kerajinan ini agar tidak hilang ditelan zaman. Ia pun merasa bangga karena semakin banyak orang yang tertarik pada kerajinan ini.
Namun, di balik kesuksesannya, para pengrajin tikar pandan menghadapi beberapa kendala, salah satunya adalah sulitnya mendapatkan bahan baku utama, yaitu daun pandan duri.
“Sekarang sudah sulit ya, karena kan tumbuhnya ada di sekitar pinggiran laut. Biasanya kita beli yang sudah jadi,” ungkap Khairi.
Kendala bahan baku ini tentu saja memengaruhi produksi kerajinan, tetapi para pengrajin tetap berusaha untuk terus menghasilkan produk-produk kreatif dari tikar pandan.
Meskipun demikian, popularitas tikar pandan terus meningkat. Khairi dan pengrajin lainnya mulai menjual hasil kerajinan mereka di berbagai event yang diadakan di Kota Langsa.
“Alhamdulillah, semakin hari banyak peminatnya, kita bangga sekali pastinya. Setiap ada acara besar tentu kita yang dipanggil untuk terus mengenalkan kreasi ini ke masyarakat luas,” ujar Khairi.
Meskipun belum banyak masyarakat Langsa yang mengetahui secara luas tentang tikar pandan, minat terhadap produk ini semakin besar, baik dari dalam maupun luar kota.
“Dikota Langsa sejauh ini belum banyak yang tahu Tikar Pandan ini, tapi sudah ada peminatnya. Orang Langsa malah berpikir ini dari luar Kota Langsa,” tambahnya, sembari tertawa. Ini menunjukkan bahwa kerajinan ini semakin diminati meski belum sepenuhnya dikenal.
Para pengrajin pun berharap agar generasi muda semakin peduli terhadap kerajinan tradisional ini. “Saya berharap anak muda sekarang semakin peduli dengan Anyaman Tikar Pandan, setidaknya bisa membeli satu untuk dibawa ke rumah,” ujar Khairi.
Dengan cara ini, tidak hanya produk yang akan lestari, tetapi juga warisan budaya yang kaya akan makna.
Kerajinan tikar pandan bukan hanya soal produk, tetapi juga tentang melestarikan nilai-nilai budaya yang telah diturunkan oleh nenek moyang. Dengan sentuhan kreatif dan semangat pantang menyerah dari para pengrajin, tikar pandan Langsa akan terus menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya Aceh yang semakin dikenal di seluruh Indonesia.***