Habanusantara.net, Teheran – Iran menembakkan hampir 200 rudal balistik ke Israel pada 1 Oktober, menargetkan fasilitas militer, pangkalan udara, dan markas besar Mossad.
Serangan ini mengejutkan pertahanan udara Israel, dengan puluhan rudal yang terlihat mengenai sasaran dalam rekaman yang beredar di media sosial.
Menurut Hossein Salami, Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), serangan yang dijuluki “Operasi True Promise II” ini hanya memanfaatkan sebagian kecil dari kekuatan militer Iran.
“Kami hanya mengerahkan sebagian kecil kemampuan kami untuk melawan musuh, yang mengerahkan seluruh kekuatannya di medan perang,” ujar Salami dalam sebuah acara di Mashhad, Iran, Jumat (8/11/2024).
Ia menambahkan, serangan tersebut tidak hanya menargetkan infrastruktur militer di Israel, tetapi juga basis strategis lainnya di kawasan, termasuk Netzarim, yang terletak di tengah Gaza.
Isinya
Dampak dan Respon Internasional
Serangan Iran ini memicu ketegangan besar di wilayah Timur Tengah, dengan negara-negara sekutu Israel seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis segera mengerahkan unit militer mereka guna mengantisipasi eskalasi lebih lanjut.
Namun, meski ada upaya pertahanan dari pihak Israel dan sekutunya, beberapa rudal Iran dilaporkan berhasil menembus dan mencapai target.
Serangan ini merupakan respons Iran atas serangkaian tindakan Israel, termasuk pembunuhan tokoh Hamas dan Hizbullah, serta seorang jenderal IRGC.
Gelombang serangan ini memaksa Israel untuk membalas dengan serangan udara terhadap lokasi-lokasi militer Iran pada 26 Oktober, yang dilaporkan menimbulkan korban jiwa dan kerusakan di pihak Iran.
Kekuatan Militer dan Propaganda
Salami menyatakan bahwa kekuatan militer Iran saat ini merupakan bukti nyata kemampuan Front Perlawanan untuk menghadapi musuh global.
Ia juga menekankan bahwa meskipun terdapat perbedaan besar dalam teknologi persenjataan antara Iran dan sekutunya dengan Israel, kemenangan tetap dapat diraih melalui perlawanan yang terkoordinasi.
Dalam pernyataannya, Salami menggambarkan kondisi militer Israel sebagai “kekuatan yang terkuras,” sembari menyebut pejabatnya sebagai “tertekan” dan ekonomi Israel sebagai “hancur lebur.”
Ia pun memperingatkan Amerika Serikat agar tidak memperluas konflik, yang diyakini akan mengancam kredibilitas serta kepentingan AS di kawasan tersebut.
Ancaman Eskalasi di Timur Tengah
Operasi True Promise II bukanlah serangan pertama Iran terhadap Israel. Sebelumnya, pada April lalu, Iran meluncurkan serangan rudal langsung sebagai balasan atas serangan Israel terhadap Kedutaan Besar Republik Islam di Damaskus, Suriah.
Ketegangan ini semakin memperburuk situasi politik dan keamanan di Timur Tengah, mendorong kedua belah pihak untuk terus memobilisasi kekuatan militer mereka.
Dengan perkembangan ini, situasi Timur Tengah memasuki fase yang lebih rentan. Dunia internasional terus mengamati ketegangan antara Iran dan Israel, yang dikhawatirkan dapat memicu konflik yang lebih luas di kawasan ini.[]