”Teumuleh Jeut Bagah Puleh”
Sementara itu, pada pemaparan inovasi kedua, Gubernur Aceh mempresentasikan program “Teumuleh Jeut Bagah Puleh” (Menulis Agar Cepat Pulih) yang diaplikasikan di Instalasi Rehabilitasi Napza Rumah Sakit Jiwa Aceh.
“Teumuleh Jeut Bagah Puleh merupakan penyempurnaan program yang sudah dilakukan selama ini di Instalasi Rehabilitasi Napza RSJ Aceh, yang terdiri dari terapi religi, psikoedukasi, konseling individu, latihan keterampilan hidup, morning mee ting, narcotics anonymous, terapi aktivitas kelompok, olahraga, Saturday night activity, Voluntary Counseling and Testing (VCT), family therapy dan pendidikan kesehatan keluarga,” ujar Nova.
“Program menulis bagi residen ini merupakan sarana mengungkapkan perasaan, mengembangkan kreatifitas, mengisi waktu luang dan menghilangkan kejenuhan, juga merupakan bagian dari terapi untuk proses pemulihan dan mengurangi kekambuhan atau relapse,” imbuh Nova.
Gubernur mengungkapkan, program menulis ini berprinsip bahwa semua orang dapat melakukannya tanpa harus berpendidikan tinggi, mempunyai keahlian menulis, memerlukan waktu khusus dan tidak memerlukan teknologi tinggi.
“Residen diberikan kebebasan untuk mengekspresikan potensi yang dimilikinya dengan menulis tentang perasaan yang dicurahkan terhadap orang yang mereka rindukan, pengalaman kelam ketika menyalahguna Napza, hingga direhabilitasi dan harapan setelah selesai rehabilitasi.
Nova menambahkan, residen diajarkan menulis dari satu baris menjadi satu paragraf, dari paragraf menjadi satu halaman yang akhirnya dirangkum menjadi sebuah buku berupa kisah-kisah inspiratif yang menggugah.
“Buku tersebut berjudul “Menyibak Tabir Korban Penyalahguna Napza,” dan hingga saat ini belum ada informasi ataupun laporan adanya Instansi atau lembaga rehabilitasi Napza lainnya yang memiliki program menulis sampai menghasilkan sebuah buku seperti di Instalasi Rehabilitasi Napza Rumah Sakit Jiwa Aceh,” ungkap Nova.
Gubernur menjelaskan, sebelum penerapan program inovasi ini dijalankan, umumnya residen masih kurang percaya diri dalam mengekspresikan perasaan, ide kreatif dan pengakuan aktualisasi dirinya.
Setelah diterapkannya program inovasi menulis, residen terlihat lebih percaya diri dalam mengekspresikan perasaan secara terbuka, meningkatnya kemampuan berpikir dan konsentrasi sehingga dapat menuangkan ide-ide kreatif dalam tulisannya, waktu luang terisi dengan aktivitas menulis yang dapat menghilangkan ke jenuhan, mengalihkan diri dari keinginan kembali menggunakan narkoba.
Gubernur optimis, program ini akan berpengaruh positif kepada para residen saat beradaptasi kembali dalam lingkungan masyarakat, sehingga terjadi penurunan kasus kekambuhan (relapse) serta stigma di masyarakat.
“Berdasarkan data dari Instalasi Rehabilitasi Napza, terjadi penurunan angka kekambuhan residen yang sudah selesai menjalani program rehabilitasi Napza sejak tahun 2019, dimana pada tahun 2019 dijumpai 11 residen mengalami kekambuhan dari total 80 residen yang pernah direhabilitasi mencapai 13,8 persen, Tahun 2020 sejumlah 6 residen dari 129 residen atau sebesar 4,7 persen dan Tahun 2021 sejumlah 4 residen dari 123 residen atau 3,3 persen,” kata Nova.
Untuk diketahui bersama, Instalasi rehabilitasi Napza RSJ Aceh didirikan pada Tahun 2010 dengan kapasitas 25 tempat tidur dan saat ini sudah memiliki 54 tempat tidur, dan merupakan salah satu layanan unggulan yang terus dilakukan pengembangannya.
Data pengguna Napza yang direhabilitasi (residen) di RSJ Aceh pada Tahun 2019 sebanyak 80 orang, Tahun 2020 sebanyak 129 orang dan Tahun 2021 sebanyak 123 orang. [Irw]