InternasionalNews

Hamas Diklaim Minta Bantuan Rusia untuk ‘Gebuk’ Israel’

×

Hamas Diklaim Minta Bantuan Rusia untuk ‘Gebuk’ Israel’

Sebarkan artikel ini
Momen saat pawai militer Hamas beberapa tahun lalu(FOTO/ISTIMEWA)

Habanusantara.net, JAKARTA – Kelompok Hamas diklaim minta bantuan Rusia untuk perlawanan mereka terhadap Israel di Palestina.

Pernyataan itu disampaikan Hamas saat kunjungan delegasi ke Moskow pada 4 Mei. Mereka disambut di wisma tamu Kementerian Luar Negeri Russia dan menggelar pembicaraan pada 5 Mei.

Delegasi Hamas di Moskow saat itu dipimpin kepala biro hubungan internasional, Moussa Abu Marzouk. Ia didampingi oleh dua anggota biro politik Hamas, Fathi Hammad dan Hussam Badran, seperti dikutip dari Al Monitor.

Kedatangan Hamas itu bertepatan setelah terjadi ketegangan antara Rusia dan Israel terkait agresi di Ukraina.

Rusia murka setelah Israel pada 15 April mengecam Moskow atas invasi mereka di Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Rusia buru-buru bereaksi atas sikap Israel itu. Dalam sebnuah pernyataannya, Kemenlu Rusia menuduh Israel mengekploitasi situasi di Ukraina untuk mengalihkan sorotan dunia terkait konflik Palestina vs Israel yang dinilainya tak pernah selesai.

Pada 4 Mei, Presiden Israel Isaac Herzog, juga mendesak Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, meminta maaf karena pernyataannya yang salah kaprah.

Lavrov pernah mengatakan bahwa pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler, masih keturunan Yahudi. Komentar itu terlontar saat menyinggung Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, yang masih memiliki darah Yahudi.

Tensi semakin meningkat setelah juru bicara Menteri Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan kepada Radio Sputnik, terdapat sejumlah tentara bayaran Israel yang membela Ukraina. Zakharova menuduh bahwa tentara bayaran Israel berjuang bersama Batalion Azov Ukraina yang dituduh Rusia sebagai Neo-Nazi.

Sementara itu, pemimpin delegasi Hamas, Abu Marzouk, mengatakan dalam pernyataannya kepada televisi Al-Mayadeen pada 5 Mei usai kunjungannya ke Moskow.

“Perimbangan baru akan diberlakukan saat ini dalam sistem global. Ada peluang untuk mengubah status quo dalam sistem global demi kepentingan (kelompok) yang tertindas di dunia,” tutur Marzouk.(CNN Indonesia)


Terima Kasih Telah Membaca, Silahkan di Share ke yang Lain
Tinggal Komentar Anda
Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News

Tinggalkan Balasan

close