News

Pahitnya Hidup Rakibah Penderita Lumpuh Di Nagan Raya

×

Pahitnya Hidup Rakibah Penderita Lumpuh Di Nagan Raya

Sebarkan artikel ini
HN-Nagan Raya, Rumah kayu yang sudah dimakan usia menjadi saksi bisu pahitnya hidup yang harus dijalani Rakibah, wanita lumpuh  berumur 41 tahun. Perempuan asal Cot Kuta Kecamatan Suka Makmu kabupaten Nagan Raya itu hanya bisa berbaring di atas dipan kayu beralas tikar. Tidak ada baju yang melekat di badannya. Hanya kain sarung kumal yang menjadi penutup tubuhnya. Badannya kurus. Tatapannya hampa.

Jumat awal April 2019, istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh mengunjungi Rakibah. Sebuah kunjungan yang tak disangka tuan rumah. 

“Assalammulaikum,” Dyah menyapa lembut. 

Pada ruang tengah rumah papan itu, pemilik rumah, Wan Ambiya (70) serta suaminya Teungku Usman (80) telah menunggu. Mereka menyambut kedatangan Dyah dengan keluarga yang lengkap. Tujuh anak termasuk Rakibah. 

“Lon saket, rubah bak dapu, badan lon ka lumpuh siblah.” Wan Ambiya bercerita pada Dyah. Ia sakit, menderita lumpuh usai jatuh dari dapur. Sebelah badannya disebut sudah tak berfungsi. 

“Tapi yang leubeh seudeh aneuk lon Rakibah di dalam kama, aneuk lon ka nam thon lumpuh,” Wan Ambiya menyeka air mata sasar berkisah tentang anaknya yanng telah lumpuh sejak enam tahun lalu. 

Dyah beranjak ke sebuah kamar berukuran kecil. Kamar tempat Rakibah terkulai di dipan beralas tikar. Saat ditanya, ia tak menjawab. Hanya air mata yang keluar perlahan. 

Kakaknya berkisah, Rakibah lumpuh akibat terjatuh dari sepeda motor saat diboncengi adiknya sekira 6 tahun lalu. Segala upaya telah dilakukan. Berobat ke dokter hingga ke dukun kampung telah dicoba. Ia tak jua sembuh hingga kemudian menderita lumpuh. 

Derita ibu beranak satu itu bertambah. Suaminya menikah dengan perempuan lain. Dua pekan yang lalu. 

Dyah Erti memberikan motivasi pada keluarga itu. Meminta mereka merawat Rakibah. Jika biasa ia dimandikan dua pekan sekali, kali ini Dyah meminta agar Rakibah dimandikan setiap hari. 

“Pake baju yang layak. Ibu Rakibah kan bisa duduk, bawa keluar biar kena matahari pagi. Matahari pagi bagus untuk kesehatan, rumahnya dibuat ventilasi udara agar udara dan sinar matahari bisa masuk,” kata Dyah.

Dyah lantas menyerahkan sedikit sembako dan santunan, meminta mereka memanfatkan untuk keperluan sehari-hari. Saat pamit ia tak lupa menitipkan Rakibah pada istri kepala desa. ()

Terima Kasih Telah Membaca, Silahkan di Share ke yang Lain
Tinggal Komentar Anda
Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News

Tinggalkan Balasan

close