Habanusantara.net – Desa Sikundo, wilayah terpencil bersejarah di Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, akhirnya berhasil diakses setelah sempat terputus total akibat banjir besar dan kerusakan infrastruktur.
Bupati Aceh Barat, Tarmizi, memimpin langsung rombongan untuk menembus desa tersebut melalui jalur ekstrem yang dikenal sebagai salah satu rute gerilya Cut Nyak Dhien.
Rombongan bergerak dari Meulaboh pada pukul 11.00 WIB menggunakan mobil 4×4, dengan pendampingan Camat Pante Ceureumen, Wakil Ketua DPRK Azwir, Kapolsek beserta anggota, Kepala Puskesmas, para mukim, keuchik, serta tokoh masyarakat.
Setelah menempuh perjalanan berat melewati hutan lebat, bekas jalan RGM, hingga 19 aliran sungai kecil, rombongan tiba di Sikundo sekitar pukul 17.00 WIB.
Perjalanan yang melelahkan itu sempat terancam gagal ketika beberapa mobil tersangkut dan medan dinilai hampir mustahil dilalui. Beruntung, satu unit alat berat yang berada di kebun milik Azwir secara kebetulan berada di lokasi dan membantu membuka jalur.
“Ini perjalanan penuh risiko, tapi masyarakat Sikundo harus segera kita jangkau. Mereka menunggu bantuan dan kepedulian pemerintah,” ujar Bupati Tarmizi.
Setibanya di Sikundo, rombongan disambut haru warga yang sudah beberapa hari terisolasi. Bantuan logistik segera dibagikan, tim medis memberikan pelayanan kesehatan, dan obat-obatan dibagikan kepada warga yang banyak mengeluhkan demam, batuk, serta gatal-gatal.
Bupati juga meninjau kondisi sekolah yang baru direhab menggunakan dana APBK, namun kini kembali sulit diakses karena jembatan penghubung hilang total tersapu arus.
Anak-anak tidak lagi bisa bersekolah karena akses satu-satunya terputus dan tidak ada perahu atau sampan. Untuk menyeberang sungai, warga terpaksa menggunakan ban mobil.
Jembatan gantung yang pernah viral pada masa Pj Gubernur Nova Iriansyah pun kini kembali hanyut diterjang banjir besar.
Usai menyerahkan bantuan dan makan bersama warga, rombongan kembali bertolak ke Meulaboh pada pukul 19.00 WIB. Namun perjalanan pulang kembali menghadapi tantangan berat. Hujan membuat jalanan semakin becek, dan empat anak sungai tidak bisa langsung dilintasi hingga rombongan harus menunggu air surut selama 2,5 jam.
Total waktu perjalanan pulang-pergi mencapai 16 jam, dan hingga saat ini dua unit mobil BPBD masih tersangkut di area perbukitan karena masalah pada sistem penggerak.
Saat ini terdapat sekitar 40 KK yang tinggal di Sikundo. Desa ini memiliki nilai sejarah penting karena dibangun oleh pahlawan nasional Cut Nyak Dhien dan para pejuang Aceh pada masa perang gerilya.
Sebelum banjir, pemerintah daerah telah menargetkan pengembangan Sikundo sebagai desa wisata, terutama karena potensi sungai untuk arung jeram serta udara sejuk khas pedalaman Aceh. Namun banjir besar mengubah sebagian badan jalan menjadi aliran sungai, memutus jembatan, serta menutup akses total ke desa tersebut.
“Kami berharap pemerintah pusat membantu pembangunan jalan dan jembatan menuju Sikundo. Masyarakat di sana harus mendapatkan hak yang sama seperti daerah lain,” tegas Bupati Aceh Barat.
Dengan seluruh desa kini berhasil diakses dan bantuan sudah tersalurkan, pemerintah daerah memastikan tidak ada lagi warga Aceh Barat yang kelaparan akibat terisolasi.
“Semoga Allah mudahkan segala ikhtiar dan melindungi kita semua,” tutup Bupati Tarmizi.




















