Habanusantara.net – Harga gabah di Aceh Utara belakangan turun pelan-pelan, tapi cukup bikin petani mulai resah. Di beberapa titik, harga sudah di bawah harga acuan pemerintah. Menyadari keresahan itu, Kodim 0103/Aceh Utara langsung bergerak cepat, turun ke lapangan memastikan kondisi sebenarnya dan berjanji akan ikut mengawal agar harga bisa kembali stabil.
Dari hasil pemantauan Babinsa di sejumlah kecamatan — mulai dari Matangkuli, Dewantara, Cot Girek, hingga Tanah Luas — harga gabah di tingkat petani kini berada di kisaran Rp6.200–Rp6.400 per kilogram, sedikit di bawah HPP nasional Rp6.500/kg.
Dandim 0103/Aceh Utara, Letkol Arh Jamal Dani, menyebut penurunan harga ini bukan karena spekulan, tapi lebih karena faktor teknis di lapangan. “Sebagian besar petani sudah masuk masa tanam baru, kualitas gabah juga agak menurun karena curah hujan tinggi. Ditambah gudang Bulog yang belum optimal menyerap gabah,” katanya, Selasa (28/10/2025).
Selain itu, pembeli dari luar daerah juga berperan. Mereka membeli dalam jumlah kecil dengan harga di bawah HPP, karena harus menanggung biaya angkut dan transportasi ke kilang padi. Di sisi lain, sebagian petani terpaksa panen cepat akibat serangan hama agar tak rugi lebih dalam.
Kodim 0103 bersama Forkopimda Aceh Utara, Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, dan Bulog sudah menyusun langkah bersama. Fokusnya: menjaga harga tetap sehat di tingkat petani.
Langkah yang diambil antara lain mempercepat pengoperasian gudang Bulog, memperkuat koordinasi dengan pengepul dan penggilingan padi, serta memastikan Babinsa aktif melaporkan pergerakan harga di tiap wilayah.
“Kalau harga mulai goyah, laporan dari lapangan harus langsung masuk supaya bisa diambil tindakan cepat,” ujar Dandim.
Ia juga mengingatkan pentingnya petani menjaga kualitas hasil panen. “Gabah dengan kadar air tinggi otomatis turun harga. Jadi proses penjemuran harus benar,” tambahnya.
Kodim memastikan penurunan ini hanya sementara. Koordinasi terus dijalankan agar harga bisa segera pulih. “Kami di TNI komit mendampingi masyarakat, termasuk memastikan petani tidak dirugikan. Gabah ini sumber hidup banyak keluarga,” tegas Letkol Jamal Dani.
Ia berharap sinergi lintas sektor terus berjalan. Pemerintah daerah, pelaku usaha, hingga petani perlu jalan bersama agar harga gabah di Aceh Utara kembali stabil. “Kalau harga sehat, petani tenang, ekonomi daerah ikut bergerak,” tutupnya.[]




















