Kesehatan

Perangi Stunting, Dinkes Subulussalam Tingkatkan SDM Kader Kesehatan: dari Edukasi hingga Supervisi Posyandu

×

Perangi Stunting, Dinkes Subulussalam Tingkatkan SDM Kader Kesehatan: dari Edukasi hingga Supervisi Posyandu

Sebarkan artikel ini
Kepala Dinas Kesehatan Kota Subulussalam, Munawaroh, S.Si., Apt, M.Kes

Haba Nusantara.net, Dinas Kesehatan Kota Subulussalam terus berupaya menekan angka stunting di wilayahnya melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) kader kesehatan.

Berbagai program dan pelatihan dilaksanakan, mulai dari edukasi mengenai stunting hingga supervisi langsung di posyandu, guna memperkuat peran kader kesehatan dalam mencegah dan menangani stunting di Kota Subulussalam.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Subulussalam, Munawaroh, S.Si., Apt, M.Kes, menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun.

Anak-anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya dan berisiko memiliki masalah kesehatan jangka panjang.

“Stunting ini bukan hanya soal tinggi badan, tapi berdampak pada perkembangan kognitif anak, sehingga perlu kita cegah sedini mungkin,” ungkap Munawaroh.

Menurut Munawaroh, ada beberapa penyebab utama stunting, antara lain kurangnya asupan gizi selama masa kehamilan, pola asuh yang tidak optimal, serta kondisi sanitasi dan akses air bersih yang buruk.

Pola makan yang tidak seimbang dan minimnya pemahaman mengenai pentingnya asupan protein hewani juga turut memperparah kondisi ini.

“Di lapangan, kami masih menemukan mitos yang berkembang terkait pantangan makan pada ibu hamil, yang dapat berdampak buruk pada gizi janin,” jelasnya.

Beberapa ciri-ciri stunting yang dapat dikenali adalah anak yang berusia di atas dua tahun tetapi memiliki tinggi badan lebih pendek dibanding anak seusianya, serta adanya keterlambatan dalam perkembangan, baik secara fisik maupun mental.

Munawaroh menambahkan bahwa anak-anak dengan stunting juga seringkali tampak lemas dan kurang aktif.

“Ciri-ciri ini perlu dikenali oleh para orang tua, agar dapat segera dilakukan langkah pencegahan dan penanganan yang tepat,” imbuhnya.

Peningkatan Kapasitas Kader Kesehatan melalui Berbagai Program Pelatihan

Salah satu fokus Dinkes Subulussalam adalah meningkatkan pemahaman dan keterampilan kader kesehatan dalam menangani kasus stunting melalui serangkaian pelatihan dan pendampingan

Munawaroh, menyebutkan berdasarkan data e-PPBGM pada September 2024, mencapai 502 kasus atau 6,65 persen dari total 7.550 balita yang diukur.

Dalam upaya menekan angka stunting, Dinkes Subulussalam telah melakukan program-program strategis yang melibatkan kader pembangunan manusia (KPM) dan tenaga kesehatan di tingkat desa dan posyandu.

Program ini meliputi pelatihan tentang 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bagi KPM, pelatihan pemantauan tumbuh kembang untuk kader dan guru PAUD, hingga supervisi layanan kesehatan ibu dan anak di posyandu.

“Pelatihan ini penting untuk meningkatkan pemahaman para kader terkait stunting, termasuk deteksi dini tumbuh kembang yang tidak optimal pada balita,” kata Munawaroh.

Selain itu, Dinkes juga melibatkan tim ahli seperti dokter spesialis anak dan dokter kandungan untuk melakukan pendampingan dan konsultasi di puskesmas, guna memastikan penanganan masalah gizi dan kesehatan ibu hamil lebih terarah dan komprehensif.

 

Program Pemberian Makanan Tambahan dan Pendampingan Khusus

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan lokal yang kaya protein hewani juga menjadi salah satu fokus utama dalam upaya pencegahan stunting di Subulussalam.

Munawaroh menjelaskan bahwa PMT diberikan kepada balita yang mengalami masalah gizi dan ibu hamil dengan risiko kekurangan energi kronis (KEK).

“Kami memastikan PMT mengandung protein hewani tinggi agar mendukung pertumbuhan anak dan kesehatan ibu,” ujarnya.

Selain PMT, edukasi tentang ASI eksklusif untuk bayi 0-6 bulan serta Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi usia 6-24 bulan dilakukan secara intensif.

Pendampingan juga diberikan kepada ibu hamil dengan risiko gizi buruk agar mereka rutin menjalani pemeriksaan kehamilan (ANC) minimal enam kali selama masa kehamilan, termasuk pemeriksaan oleh dokter dan pemeriksaan USG.

Tantangan dalam Menangani Stunting di Masyarakat

Namun, Munawaroh mengakui adanya sejumlah tantangan dalam pelaksanaan program pencegahan stunting ini. Salah satunya adalah mitos yang masih berkembang di masyarakat, seperti pantangan makan tertentu bagi ibu hamil dan keraguan orang tua terhadap pemberian vaksinasi.

“Pola asuh yang tidak optimal serta masih adanya ibu yang enggan memeriksakan kehamilannya juga menjadi tantangan bagi kami,” jelas Munawaroh.

Selain itu, perilaku masyarakat yang enggan membawa anak ke posyandu masih menjadi hambatan dalam pemantauan tumbuh kembang balita.

Dalam rangka mengatasi tantangan ini, Dinkes Subulussalam secara berkala melakukan sosialisasi tentang pentingnya pemantauan kesehatan balita dan ibu hamil di posyandu.

Pendampingan penggunaan alat antropometri untuk pengukuran tinggi dan berat badan balita juga diberikan kepada bidan desa dan kader posyandu agar hasil pemantauan lebih akurat.

Peningkatan SDM dan Fasilitas Penunjang Kesehatan

Dinas Kesehatan Kota Subulussalam terus melakukan peningkatan kapasitas SDM dan fasilitas kesehatan untuk mendukung upaya pencegahan stunting.

Sejumlah fasilitas penting, seperti alat USG dan antropometri, telah dilengkapi di puskesmas dan posyandu untuk menunjang layanan kesehatan.

“Kami menargetkan delapan puskesmas di Subulussalam memiliki fasilitas USG untuk mempermudah ANC pada ibu hamil,” terang Munawaroh.

Selain itu, kegiatan peningkatan kapasitas petugas kesehatan melalui rapat koordinasi, evaluasi intervensi stunting, serta supervisi layanan program kesehatan ibu dan anak (KIA) dan gizi di posyandu secara rutin dilakukan.

Dinkes juga aktif mengadakan rapat pembentukan jejaring skrining untuk ibu layak hamil dan penanganan stunting, serta manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan bayi muda (MTBM) untuk memastikan kesehatan anak secara berkelanjutan.

Melalui langkah-langkah ini, Munawaroh optimistis bahwa angka stunting di Subulussalam akan terus menurun.

“Dengan kerja sama dan dukungan seluruh pihak, kami berharap generasi muda Subulussalam akan tumbuh sehat dan memiliki masa depan yang cerah tanpa ancaman stunting,” pungkasnya.

Ajak Orang Tua Berikan MP-ASI Kaya Protein Hewani

Dinkes Subulussalam juga mengajak para orang tua untuk memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang kaya protein hewani.

Protein hewani seperti daging, ikan, dan telur dinilai penting untuk pertumbuhan optimal anak. Selain itu, pemantauan pertumbuhan anak secara rutin sangat penting.

“Jika berat badan anak tidak naik, segera periksa ke dokter di puskesmas untuk penanganan lebih lanjut,” ujarnya.

Cara Mencegah Stunting

Munawaroh memberikan beberapa langkah efektif yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mencegah stunting:

  1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan anak.
  2. Memberikan MP-ASI yang sesuai dengan umur anak dan kaya akan nutrisi, terutama protein hewani.
  3. Rutin memeriksakan perkembangan, pertumbuhan, dan status gizi anak ke dokter atau puskesmas.
  4. Melengkapi imunisasi wajib dan tambahan sesuai jadwal yang ditentukan.
  5. Memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usia bayi untuk mendukung perkembangan kognitif dan motorik.
  6. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar tetap sehat.
  7. Segera membawa bayi ke rumah sakit atau dokter jika sakit.[***]
Tinggal Komentar Anda
Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close