Habanusantara.net, Sosok pawang hujan yang diduga Rara Istiati Wulandari, dikenal sebagai “Mbak Rara,” membuat kehebohan jagat maya Aceh saat beraksi di Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh, pada Selasa sore (27/8/2024).
Disaat cuaca mendung yang menyelimuti Ibu Kota propinsi Aceh, perempuan bermasker putih tersebut terlihat menjalani ritual khas untuk mengusir hujan di lintasan atletik tepi lapangan bola. Dimana lapangan Stadion harapan Bangsa tersebut saat ini sedang dipersiapkan untuk acara Pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut yang akan berlangsung pada 9 September 2024 mendatang.
Aksi tersebut menjadi viral setelah seorang pria merekam dan mempostingnya di media sosial, memperkuat kecurigaan warga bahwa sosok itu adalah Mbak Rara, pawang hujan yang terkenal.
Dalam video yang merekam aktivitas tersebut, terdengar sang perekam video menyebut nama “Mbak Rara” dengan antusias.
“Cuaca mendung. Aci ta-eu ék jibleut uroe jeut ta adè padé (cuaca mendung, coba kita lihat apakah matahari akan terik, bisa jemur padi-red),” celetuknya sambil terus mengabadikan momen itu.
Aksi pawang yang dilakukan oleh seorang perempuan ini menarik perhatian publik, terutama karena ritual tersebut dilakukan di tempat umum yang sering menjadi pusat perhatian.
Setelah video diunggah, reaksi masyarakat Aceh pun bermunculan. Video tersebut langsung menyebar luas di berbagai platform media sosial, memicu perdebatan di kalangan netizen.
Banyak yang mengecam tindakan tersebut sebagai hal yang tidak sesuai dengan budaya Aceh yang kental dengan nilai-nilai syariat Islam.
Sebagian warga mempertanyakan apakah praktik semacam itu masih relevan di era modern, apalagi di provinsi yang menjunjung tinggi aturan agama.
Namun, tak lama setelah ritual itu dilakukan, hujan deras disertai angin kencang justru melanda Banda Aceh.
Reaksi keras dari warga Aceh memperlihatkan bagaimana masyarakat Aceh menanggapi isu-isu yang berkaitan dengan adat dan agama.
“Merusak Syariat di Aceh, Syirik di tanah Aceh,” tulis seorang netizen di komentar Ig wisataaceh.
“ka trok pawang kesyirikan..male teuh tanyoe ureng aceh. tanyoe ta meu lake doa bak rabbb supaya na hujen karn kemarau trok cuponya ka geu mat remote ujeun (sudah sampai pawan g kesyirikan..malu kita orang aceh. kita berdoa kepada Rabb supaya turun hujan karena sedang kemarau, datang beliau (Mbak rara-red) pegang remot hujan-red),” tulis seorang pengguna instagram laiinya, menanggapi video yang viral tersebut.
Tak sedikit juga yang menganggap peristiwa ini sebagai hiburan semata, tetapi tetap ada kekhawatiran mengenai dampak dari penyebaran praktik-praktik semacam itu di tengah masyarakat Aceh yang menerapkan syariat Islam
Fenomena pawang hujan, meski kontroversial, ternyata masih menarik perhatian banyak orang. Ritual-ritual semacam ini sering kali menjadi perbincangan hangat, terutama ketika melibatkan sosok yang sudah dikenal seperti Rara.
Mbak Rara sendiri sudah sering menjadi sorotan publik dalam berbagai event besar, seperti saat perhelatan MotoGP di Mandalika tahun 2022, di mana ia juga melakukan aksi serupa.
Keberadaan pawang hujan dan ritual-ritual tradisional lainnya, meski terkadang dipertanyakan efektivitasnya, tetap menjadi bagian dari kearifan lokal yang sulit dihilangkan.
Dalam konteks Aceh, peristiwa ini mengingatkan kembali pada pentingnya mempertahankan identitas budaya yang menerapkan syariat islam[]