Foto : Bersama dengan Pengerajin Gerabah Kota Langsa. [Abbiyu Dwi Rizki]
Gerabah merupakan salah satu hasil karya seni terapang yang banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia.
Gerabah terbuat dari tanah liat yang di bentuk lalu dibakar dan berbagai proses lainnya. Contohnya : kendi, belanga (alat-alat untuk masak) dan lain-lain.
Bapak Aswan menyatakan bahwa, Gerabah merupakan hasil budaya materi manusia yang ditemukan hampir di seluruh negara.
Gerabah atau tembikar dalam kajian arkeologi memiliki peran yang cukup penting. selain dapat mengungkap unsur materi seperti bentuk, teknologi, seni, material penyusun, juga segala yang dapat teramati dari Gerabah dapat mengambarkan ide, kehidupan sosial, maupun komunikasi dengan kehidupan lain.
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat gerabah ialah tanah liat, sebelum dibuat gerabah, tanah liat tersebut diproses terlebih dahulu dalam beberapa tahapan.
Selain itu, ada juga bahan tambahan lain, yaitu kaolin. Tanah liat yang kemudian dibentuk dengan tangan langsung atau menggunakan alat putar.
Selain itu gerabah dijadikan sebagai alat memasak gerabah juga sering digunakan untuk kebutuhan lainnya. seperti beulangong (belanga), Kanot (periuk nasi) yang tebuat dari tanah liat sering digunakan sebagai alat untuk kebutuhan lainnya.
Seperti yang dinyatakan oleh bapak Aswan beliau berpendapat bahwa Beulangong (belanga) sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal pengobatan, kenduri Maulid, menyambut bulan Ramadhan, kenduri Sunat Rasul.
Tanah liat dapat menghasilkan karya seni gerabah bernilai tinggi, seperti yang digeluti Bapak Aswan warga Blok G Nomor 06 Dusun Serambi Indah, Gampong Seuriget, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa.
Seni terapan gerabah ini telah menjadi rutinitas sehari-hari oleh Bapak Aswan bersama keluarganya.
Sejak tahun 2022 hingga saat ini, Sanggar Asri yang didirikan oleh Bapak Aswan kini telah menghasilkan berbagai macam karya seni gerabah untuk kebutuhan perkakas rumah tangga, seperti kendi, periuk, belanga, pot, celengan, dan berbagai ragam benda ukiran gerabah lainnya.

Foto : Bapak Aswan Pengerajin Gerabah Kota Langsa
Seperti diceritakan kepada kami Team KKN Tematik Kerja Sosial, pada Kamis, (30/06/2022) siang, Bapak Aswan mendirikan Sanggar Asri ini pada tahun 1991.
Awalnya ia berfokus pada kerajinan seni lukis, taman dan ukir kayu. “Pada tahun 2022 baru kami saya menjajaki seni kerajinan gerabah ini, karena dari hasil pantauan saya, belum adanya masyarakat Aceh yang membuka usaha kerajinan gerabah seperti ini dan tambahnya Bapak Aswan lagi kurangnya minat para pemuda untuk bisa menciptakan karya-karya seperti seni gerabah ini, besar harapan Bapak Aswan agar para pemuda-pemudi bisa menggeluti seni ini, “ pungkas Aswan.
Tambah Aswan, ia sangat tertarik dengan seni terapan gerabah, karena bahan baku tanah liat cukup tersedia di kawasan Kota Langsa dan sekitarnya. Ia merasa bahwa kerajinan gerabah ini memliki potensi tinggi di pasaran Kota Langsa dan Kabupaten lainnya di Aceh.
Berbekal ilmu pembuatan seni terapan gerabah yang diperolehnya di Yogyakarta, kini Bapak Aswan bersama istrinya dan anaknya mampu menghasilkan beragam hasil karya gerabahnya dan di simpan serta di pajang di sanggar asri beliau.
Gerabah hasil karya Bapak Aswan dan keluarganya ini dijual dengan harga mulai dari Rp. 20.000 sampai dengan Rp. 1.5 Juta/unit, tergantung bentuk, ragam, motif, dan besarnya.
Membuat motif semenarik mungkin merupakan salah satu cara Bapak Aswan untuk menarik pembeli ditengah lebih banyaknya pilihan konsumen untuk mengisi dan menghias barang rumah tangga selain dari gerabah.
Upaya melestarikan seni terapan gerbabah, Bapak Aswan ini bukan orang yang pelit dengan ilmu. Sebelum pandemi covid berlangsung, Bapak Aswan juga mengajarkan pembuatan seni terapan gerabah ini kepada Mahasiswa, siswa-siswi, pelajar, yang ingin belajar secara gratis. “Harapan saya, seni terapan gerabah ini dapat di teruskan oleh generasi-generasi penerus selanjutnya yang dapat melestarikan seni ini, dan besar harapan Bapak Aswan agar kiranya Pemerintah Kota Langsa memerhatikan usaha kecil Sanggar Asri Gerabah yang satu-satunya di Aceh”. Tutur Aswan.

Foto : Abbiyu Dwi Rizki, Mahasiwa KKNT-KS IAIN Langsa Mencoba Membuat Gerabah.
Menurut para ahli budaya, gerabah merupakan kebudayaan yang universal (menyeluruh), artinya gerabah ditemukan di mana-mana, hampir di seluruh dunia.
Perkembangannya bahkan juga penemuannya muncul secara individual di tiap daerah tanpa harus selalu mempengaruhi. Terdapat kemungkinan bahwa masing-masing bangsa menemukan sendiri sistem pembuatan gerabah tanpa adanya unsur peniruan dari bangsa lain.
Mengutip buku Sejarah Nasional Indonesia II Zaman Kuno oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, gerabah atau tembikar di Indonesia sudah ada sejak zaman Neolitikum yang ditemukan dibeberapa tempat di Indonesia.
Sisa-sisa gerabah dari sejak bercocok tanam telah ditemukan di Banyuwangi (Jawa Timur), Kelapa Dua Bogor (Jawa Barat), Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi), dan disekitar danau Bandung (Jawa Barat).
Teknik pembuatan gerabah dari masa tersebut masih sangat sederhana, yaitu dengan teknik tangan dan pembakaran tradisional. Pembakaran tradisional adalah pembakaran secara terbuka, dalam lubang dangkal beralas tanah liat dengan api rerumputan menyala.
Teknik pembuatan gerabah seperti itu masih digunakan sampai sekarang oleh sebagian perajin keramik di Indonesia, bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produksi barang kerajinan gerabah adalah tanah liat.
Bahan penolong atau perlengkapan produksi terdiri dari pasir, kayu bakar, simir, kiolin, semen warna, minyak tanah dan cat.
Sedangkan peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah unit pengelolaan bahan baku, tungku pembakaran, alat putar, pompa air, kuas dan pisau gores. Pada proses pembakaran didiamkan selama 1 sampai 2 hari, lalu tanah liat digiling agar lebih rekat dan liat gerabah Hasil Karya Bapak Aswan di Kota Langsa.
Gerabah sendiri dalam penggunaannya sebagai wadah, terutama untuk penyimpanan, persiapan, pergerakan dan penyajian makanan.
Berikut ini adalah beberapa fungsi gerabah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya: terutama fungsi gerabah dalam budaya Indonesia, yang perlu diketahui: Fungsi gerabah sebagai alat untuk upacara keagamaan, Gerabah, biasanya berbentuk cawan atau kendi, digunakan sebagai sarana-sarana upacara seperti misalnya sebagai sarana meletakan air suci, dan lain sebagainya, Fungsi gerabah sebagai alat rumah tangga.
Dalam fungsi sebagai alat-alat rumah tangga, gerabah antara lain digunakan sebagai alat memasak atau wadah-wadah seperti kendi untuk menampung udara, wadah untuk wadah makanan, gelas untuk wadah minuman, tungku untuk memasak, dan sebagainya, Fungsi gerabah sebagai perhiasan dan penanda status. Pada masa Jawa Kuno, gerabah keramik digunakan sebagai penanda status. Pada masa itu, keramik-keramik asing adalah barang mewah yang hanya bisa dimiliki oleh kaum-kaum bangsawan tertentu seperti raja.
Sumber :
• Wawancara dan Observasi Langsung Bersama Bapak Aswan (Pengerajin Seni Terapan Gerabah) pada Kamis, 30 Juni 2022.
• Buku Sejarah Nasional Indonesia II Zaman Kuno oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia
Team Penulis :
• Abbiyu Dwi Rizki (1012019080)
• IRHAMAH (1052018026)
• Nurul Wahyuni (1052018027)



















