Habanusantara.net – Sebanyak 2.610 keluarga di Kabupaten Aceh Besar tercatat masuk dalam kategori keluarga berisiko stunting.
Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPP dan PA) Aceh Besar, Fadhlan, sebagian besar keluarga berisiko tersebut juga tergolong keluarga miskin.
“Sebagian besar keluarga berisiko stunting adalah keluarga dengan kondisi ekonomi lemah, sehingga membutuhkan pendampingan intensif agar tidak melahirkan anak stunting baru,” ujar Fadhlan, Kamis (13/11/2025).
Ia menjelaskan, upaya pencegahan stunting dilakukan secara fokus melalui sejumlah program strategis, di antaranya pemberian makanan tambahan (PMT) serta pendampingan keluarga oleh tim pendamping yang tersebar di seluruh gampong di Aceh Besar. Saat ini, terdapat 1.812 kader yang terlibat, terdiri dari kader PKK, kader KB, dan bidan gampong.
“Kami berharap semua pihak ikut berperan aktif menjaga agar generasi mendatang bebas dari stunting generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas,” lanjutnya.
Berdasarkan data Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), angka stunting di Aceh Besar saat ini berada di kisaran 16 persen. Namun, menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angkanya masih lebih tinggi, yakni sekitar 32 persen.
“Kami menyadari ini masih menjadi tantangan besar. Karena itu, penurunan angka stunting membutuhkan kerja sama dan gotong royong seluruh masyarakat Aceh Besar,” kata Fadhlan.
Ia menambahkan, penyebab keluarga masuk dalam kategori berisiko stunting antara lain karena faktor ibu hamil dengan gizi kurang, pasangan usia subur, serta kondisi sanitasi rumah yang belum layak. Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, lanjutnya, telah melakukan verifikasi dan validasi data keluarga berisiko stunting tahun ini.
“Harapannya, jumlah keluarga berisiko bisa terus menurun dengan adanya edukasi dan pendampingan yang sudah dilakukan selama ini,” tutup Fadhlan.[Fira]
