DaerahHeadline

Ahli Pers Sebut, Wartawan Ibarat Pedang Sekali Potong Langsung Putus

×

Ahli Pers Sebut, Wartawan Ibarat Pedang Sekali Potong Langsung Putus

Sebarkan artikel ini

Habanusantara.net– Wartawan ibarat pedang: tajam, presisi, dan sekali tebas langsung putus tanpa hambatan. Perumpamaan itu disampaikan oleh Mahmud Marhaban, S.Pd., M.I.Kom, saat menjadi pemateri dalam pelatihan jurnalistik Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar di Wisma Meuligoe PTPN IV Regional VI Langsa, Kamis, 26 Juni 2025.

Mahmud yang dikenal sebagai salah satu ahli Dewan Pers menekankan pentingnya ketajaman wartawan dalam menyampaikan informasi yang akurat, berimbang, dan cepat, namun tetap menjaga etika jurnalistik.

“Seorang jurnalis harus mampu mengolah data dan informasi layaknya pedang yang tajam—sekali potong langsung putus. Artinya, tidak ragu, tidak bias, dan tidak menimbulkan kebingungan publik,” ujarnya di hadapan peserta UKW.

Pelatihan ini diikuti oleh puluhan wartawan dari berbagai media, baik cetak maupun online. Mahmud menjelaskan bahwa di lapangan, wartawan harus memahami fungsi utama jurnalistik sebagai pengumpul fakta, bukan pembuat opini.

Menurutnya, kemampuan menerapkan unsur 5W + 1H dalam setiap laporan menjadi pondasi utama sebuah berita yang berimbang dan kredibel.

Lebih jauh, ia mengingatkan agar wartawan senantiasa menjaga integritas, terlebih saat meliput kasus sensitif seperti kekerasan seksual terhadap anak. Identitas korban dan pelaku, kata dia, harus dilindungi.

“Penting bagi wartawan untuk menyamarkan identitas dalam berita semacam itu. Jangan biarkan publik membuat asumsi liar karena kelalaian kita,” tegas Mahmud.

Ia juga menyoroti banyaknya media baru yang bermunculan, namun belum terverifikasi Dewan Pers.

Menurutnya, media yang benar-benar profesional harus berbadan hukum, memiliki struktur redaksi yang jelas, dan telah terverifikasi.

“Bukan hanya media swasta, bahkan dalam tubuh Polri pun ada lembaga pers, tapi berbeda struktur dan fungsinya. Ini menunjukkan bahwa semua sektor membutuhkan informasi yang akurat dan bertanggung jawab,” paparnya.

Dalam sesi pelatihan itu, Mahmud juga menekankan pentingnya etika saat wartawan melakukan wawancara. Bahkan terhadap narasumber yang sudah dikenal, wartawan wajib memperkenalkan diri dan menunjukkan identitas media.

“Ini bukan soal basa-basi, tapi bagian dari etika. Transparansi sejak awal akan menumbuhkan kepercayaan narasumber,” tuturnya.

Soal penulisan berita, Mahmud memberi catatan yang cukup menarik perhatian para peserta. Ia menilai bahwa penggunaan judul yang terlalu panjang kerap menyulitkan pembaca.

“Judul yang baik cukup menggunakan kata dasar. Tidak usah bertele-tele. Buat publik cepat paham dan tertarik,” sarannya.

Pelatihan UKW kali ini tak hanya menjadi ajang uji kompetensi, juga menjadi ruang refleksi bagi para jurnalis tentang pentingnya menjaga nilai-nilai profesionalisme. Di tengah derasnya arus informasi, Mahmud mengingatkan bahwa wartawan bukan sekadar penyampai berita, tetapi penjaga kebenaran dan pengontrol kekuasaan.

“Jika wartawan tak lagi tajam, maka demokrasi pun tumpul. Maka tetaplah jadi pedang yang tegas—tajam dalam menulis, santun dalam bertindak,” pungkasnya.[]

Follow Berita Habanusantara.net lainnya di Google News
close