Habanusantara.net — Pemerintah Kabupaten Aceh Barat melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) mengambil langkah kreatif dalam upayanya meraih Piala Adipura 2025. Salah satu strategi unik yang dikemas adalah kegiatan “Ngopi Sampah Bareng” yang diselenggarakan pada Selasa, 23 September 2025 di Warung Kopi Meulaboh Premium, Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian pelatihan bagi anggota Satuan Tugas (Satgas) Adipura yang telah berjalan sejak Jumat, 19 September 2025. Dalam suasana santai namun penuh makna, puluhan peserta berkumpul — terdiri atas calon Satgas Adipura, perwakilan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan, akademisi, hingga masyarakat umum yang peduli isu sampah.
Kepala Dinas PUPR Aceh Barat, Kurdi, menyebut bahwa Ngopi Sampah Bareng bukan sekadar temu komunitas biasa, melainkan ruang dialog terbuka antar pemangku kepentingan. Pemerintah dan masyarakat duduk bersama mendiskusikan pengalaman, tantangan, gagasan, serta solusi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan sampah di tingkat desa dan kecamatan.
“Kegiatan ini kami rancang sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Lewat obrolan santai, kami berharap tercipta ide-ide segar yang bisa diimplementasikan di lapangan,” kata Kurdi.
Ia menambahkan bahwa masukan-masukan yang muncul dalam kegiatan ini akan menjadi acuan kebijakan ke depan. Bahkan, sebagian akan dirumuskan dalam surat edaran resmi dari Bupati Aceh Barat, Tarmizi. Kurdi memandang bahwa suara masyarakat dan lembaga lingkungan sangat krusial dalam memperkuat kerangka kebijakan pengelolaan sampah daerah.
Kurdi menyampaikan metafora yang menarik: pendekatan diskusi ini ia ibaratkan sebagai “garputala”, yaitu alat musik tradisional yang menghasilkan resonansi. “Harapannya resonansi dari pertemuan ini menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, agar gerakan kolektif mengelola sampah bisa tumbuh dan menyatu,” ujarnya.
Selama sesi tersebut, para peserta mendiskusikan berbagai isu teknis dan strategis. Misalnya, bagaimana tantangan pengelolaan sampah di desa mereka, bagaimana menumbuhkan pemahaman sejak dini di sekolah, serta peluang mengembangkan bank sampah berbasis komunitas.
Beberapa peserta mengapresiasi pendekatan dialogis tersebut. Menurut mereka, selama ini ruang kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah masih terbatas, dan Ngopi Sampah Bareng membuka ruang inklusif untuk berpikir bersama dan berbagi instrumen yang berhasil di satu daerah dapat disesuaikan di daerah lain.
Kurdi menjelaskan bahwa Ngopi Sampah Bareng juga menjadi lanjutan dari pelatihan teknis yang sebelumnya telah dilaksanakan. Hingga saat ini, sebanyak 32 hingga 36 calon anggota Satgas Adipura dari 12 kecamatan telah dipilih dan mulai menjalani program pembekalan seputar pengelolaan sampah dan operasional bank sampah.
“Satgas ini kita persiapkan agar menjadi pionir perubahan di desa masing-masing. Mereka adalah perpanjangan tangan pemerintah dalam menggerakkan program lingkungan langsung ke akar rumput,” tuturnya.
Setelah Ngopi Sampah Bareng, rangkaian pelatihan akan berlanjut menuju puncak kegiatan berupa Kemah Adipura, yang dijadwalkan berlangsung pada 27–28 September 2025. Lokasi kemah direncanakan di kawasan pengembangan ekonomi terpadu dan agrowisata Cot Rungkop, Desa Kuta Padang.
Kurdi menyebut bahwa Kemah Adipura akan menjadi momentum bagi peserta untuk mengaplikasikan langsung materi yang telah mereka pelajari. Suasana alam terbuka dipilih agar suasana belajar lebih menyenangkan — mulai dari simulasi pemilahan sampah, penerapan bank sampah mini, hingga penyusunan program lingkungan yang dapat diterapkan di desa masing-masing.
“Di kemah nanti peserta tidak hanya mendengarkan, tapi juga bertindak. Mereka akan merancang model pengelolaan sampah yang bisa disesuaikan untuk desa mereka,” imbuhnya.
Dalam pandangan Kurdi, rangkaian kegiatan seperti pelatihan teknis, diskusi publik, dan kemah lingkungan, menunjukkan keseriusan Aceh Barat dalam memenuhi standar penilaian Adipura secara menyeluruh. Menurutnya, kolaborasi semua pihak menjadi kunci agar Aceh Barat mampu meraih penghargaan bergengsi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Dengan kerja bersama dan semangat gotong royong, kita optimistis bisa membawa pulang Piala Adipura. Tapi lebih dari itu, penghargaan itu adalah simbol. Yang paling utama adalah bahwa masyarakat kita hidup di lingkungan yang bersih dan sehat,” ujar Kurdi menutup pembicaraan.
Kegiatan Ngopi Sampah Bareng menjadi bukti bahwa upaya menjaga lingkungan bisa melewati jalur kreatif dan humanis. Lewat sebuah obrolan santai di secangkir kopi, lahir gagasan besar yang bisa melahirkan gerakan hijau berkelanjutan di Aceh Barat.