Habanusantara.net – Kantor Sekolah Dasar Negeri (SDN) 17 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, kondisinya sudah rusak parah. Atap kayu lapuk, seng berkarat, nyaris roboh.
Tapi anehnya, pihak sekolah, termasuk kepala sekolah, malah memilih diam dan hanya menunggu proyek dari dinas.
Bangunan yang seharusnya jadi tempat kerja guru dan ruang administrasi itu sekarang tampak memprihatinkan. Dari luar, terlihat jelas kayu penopang atap sudah rapuh dimakan usia.
Wali murid yang datang pun sering mengaku waswas, bahkan sebagian enggan lewat di sekitar ruangan itu karena takut ambruk sewaktu-waktu.
Padahal, sekolah ini punya 177 siswa dan setiap tahun menerima Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Sebagian dana seharusnya bisa dipakai untuk perbaikan ringan. Tapi kenyataannya? Tidak ada satu pun langkah darurat yang diambil. Semuanya dibiarkan terbengkalai.
Dari pengamatan di lokasi, bangunan itu memang sudah lama terlihat rusak. Ditambah Bekas hujan dan terjangan angin beberapa bulan lalu makin memperparah keadaan.
Tapi anehnya, bukannya buru-buru mencari jalan keluar, pihak sekolah malah pasrah dan hanya menunggu janji proyek turun dari pemerintah.
Ketika dimintai keterangan, Kabid Sarana Dinas Pendidikan Aceh Utara, Herman, menegaskan seharusnya pihak sekolah tidak perlu diam begitu saja.
Untuk perbaikan kecil, sekolah bisa pakai dana BOS tanpa harus menunggu bantuan dari pusat.
“Saya akan cek dulu, apakah sekolah ini memang masuk dalam daftar usulan perbaikan,” kata Herman.
Pernyataan ini otomatis bikin publik bertanya-tanya. Kalau benar bisa dibiayai dari BOS, kenapa pihak sekolah tidak bergerak? Apakah ada kelalaian? Atau justru karena kepala sekolah hanya menunggu proyek besar biar gedung diganti total?
Sementara itu, Kepala Sekolah SDN 17 Tanah Jambo Aye, M. Yusuf, membenarkan kerusakan atap kantor. Ia menyebut hal itu terjadi setelah hujan deras dan angin kencang beberapa bulan lalu.
Namun, ia berdalih proses pembangunan sekarang sudah sistem satu pintu, sehingga dirinya hanya bisa menunggu realisasi dari dinas.
“Kami sudah dijanjikan akan dibangun pada 2025. Tapi sampai sekarang belum ada realisasi. Jadi ya kami menunggu saja. Semua pembangunan sudah diatur dari pusat,” ujar Yusuf kepada HabaNusantara.net, Selasa (26/8/2025).
Pernyataan itu bukannya menenangkan, malah bikin resah. Alih-alih mencari langkah perbaikan darurat, kepala sekolah justru menegaskan kalau dirinya sudah tiga tahun menjabat dan tetap mengandalkan bantuan proyek.
Yusuf bahkan sempat meminta wartawan memotret langsung ruang kerjanya yang sudah lapuk, seakan ingin menunjukkan ke publik betapa parah kondisinya.
Dari luar mungkin terlihat sepele, tapi risiko yang ditanggung tidak main-main.
Kalau atap benar-benar roboh saat jam belajar, siapa yang bisa menjamin keselamatan guru dan murid di dalamnya?[*]