Ditenggelamkan oleh Tsunami Aceh 2004, PLTD Apung tetap tegar di Desa Punge Blang Cut, Banda Aceh. Sebagai saksi bisu, ia mengungkap kehebatan dan semangat perjuangan pasca-bencana
Habanusantara.net -Meskipun sepuluh tahun telah berlalu sejak tsunami mengerikan yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004, bukti kekuatan dahsyat bencana tersebut masih tersisa dalam bentuk Kapal PLTD Apung yang kini menjadi objek wisata sejarah yang menarik.
Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung ini awalnya berlabuh di Pelabuhan Ulee Lheue, Kota Banda Aceh. Namun, ketika tsunami menerjang, kapal ini terhanyut sejauh lima kilometer dan akhirnya terdampar di tengah permukiman warga di Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Meuraksa, Kota Banda Aceh.
Dengan berat mencapai 2.600 ton, panjang 63 meter, dan lebar 19 meter, kapal ini memiliki kapasitas untuk menyediakan listrik sebesar 10 megawatt. Sebelum tiba di Aceh, kapal ini telah melayani di Pontianak (1997), Bali (1999), dan kemudian kembali ke Pontianak (2001).
Kehadiran PLTD Apung di Aceh dipicu oleh permintaan dari Abdullah Puteh, Gubernur Aceh pada saat itu, untuk mengatasi krisis listrik yang melanda wilayah tersebut pada tahun 2003.
Sayangnya, setahun lebih setelah bertugas di Aceh, perjalanan kapal ini terhenti secara tragis pada 26 Desember 2004. Saat sedang merapat di Pelabuhan Ulee Lheue untuk mengisi bahan bakar, tsunami tiba-tiba menerjang, menyebabkan kerusakan yang melumpuhkan.
PLTD Apung, dengan segala sisa-sisanya, kini menjadi simbol nyata dari kehebatan alam dan kekuatan regenerasi yang memperlihatkan semangat bangkitnya Aceh pasca-bencana.
Dengan menjadi objek wisata sejarah, kapal ini tidak hanya mengingatkan akan tragedi masa lalu, tetapi juga menunjukkan tekad manusia untuk bangkit dan melanjutkan hidup.[*]